BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Sebagai salah satu ilmu pengetahuan tertua dalam
peradaban manusia, Astronomi kerap dijuluki sebagai 'ratu sains'. Astronomi
memang menempati posisi yang terbilang istimewa dalam kehidupan manusia. Sejak
dulu, manusia begitu terkagum-kagum ketika memandang kerlip bintang dan pesona
benda-benda langit yang begitu luar biasa. Fenomena langit sangatlah menarik
rasa ingin tahu manusia. Sebuah bukti adalah adanya sejarah para ilmuan yang
mencoba untuk mengamati dan mempelajari fenomena alam tersebut.
Awalnya, manusia menganggap fenomena langit sebagai
sesuatu yang magis. Seiring berputarnya waktu dan zaman, manusia pun
memanfaatkan keteraturan benda-benda yang mereka amati di angkasa untuk
memenuhi kebutuhan hidup seperti penanggalan. Dengan mengamati langit, manusia
pun bisa menentukan waktu utuk pesta, upacara keagamaan, waktu untuk mulai
menabur benih dan panen. Berbeda dengan zaman sekarang, perkembangan astronomi
pada zaman sekarang begitu pesat seiring dengan temuan temuan terbaru seperti
penemuan akan adanya sebuah kehidupan di planet mars karena didalamnya terdapat
air, pnemuan planet-planet baru dan pengobservasian fenomena-fenomena alam
dengan alat-alat canggih.
Mengkaji ilmu astronomi adalah hal yang sangat
menarik, sehingga menjadikan perkembangan ilmu astronomi tetap berjalan dan
selalu berkembang. Oleh karna itu kami mencoba mengkaji bagaimana perjalanan
atau sejarah perkembangan ilmu astronomi dari zaman prasejarah sampai zaman
sekarang. Kaitan astronomi dengan cabang pengetahuan alam sangat erat karena
jagat raya dengan isinya merupakan laboratorium besar, yang selain untuk
menguji teori juga untuk mengetahui kelakuan benda dalam alam. Kondisi-kondisi
ekstrem yang sulit atau tidak mungkin diciptakan di laboratorium di bumi
(seperti ruang yang sangat hampa, materi dengan kerapatan tinggi, medan
gravitasi dan medan magnet yang sangat kuat) dapat diperoleh dalam alam
semesta. Teori struktur dan evolusi bintang telah sukses dalam menjelaskan
sumber-sumber energi dalam alam semesta serta asal mula dan proses perkembangan
bintang-bintang.
Ini menunjukkan bahwa teori struktur bintang yang
didasarkan pada fisika atom dan benda-benda renik lainnya dapat menjelaskan
gejala-gejala alam pada skala yang besar. Medan gravitasi yang kuat di sekitar
berbagai benda langit merupakan arena yang menarik untuk telaah teori
relativitas umum. Pengamatan fenomena langit sebenarnya telah dilakukan sejak
zaman kuno oleh orang-orang Cina, Mesopotamia, dan Mesir. Tetapi astronomi
sebagai ilmu, baru berkembang di Yunani pada abad ke-6 SM. Babak Astronomi
Yunani dimulai oleh Thales pada abad ke-6 SM yang berpendapat bahwa Bumi
berbentuk datar. Walaupun pada abad yang sama Phytagoras telah mengetahui bahwa
Bumi berbentuk bulat, terobosan penting yang pertama dalam astronomi dilakukan oleh
Aristoteles dua abad kemudian. Aristoteles menyatakan bahwa Bumi bulat bundar
dengan didukung sejumlah bukti ilmiah.
Terobosan yang kedua hampir dilakukan oleh Aristarchus
pada abad ke-3 SM jika saja dia mempunyai cukup banyak pendukung. Aristarchus bukan
saja berpendapat bahwa Bumi bukanlah pusat alam semesta, tetapi juga menyatakan
bahwa Bumi berputar dan beredar mengelilingi Matahari (Heliosentris) yang
merupakan pusat gerak langit. Namun sayang teori ini tidak mendapat tempat pada
zaman itu. Zaman Astronomi Klasik Yunani ditutup oleh Hipparchus pada abad ke-1
SM yang menyatakan bahwa Bumi yang bundar itu diam; Matahari, Bulan, dan
Planet-planet mengelilingi Bumi. Sistem Geosentris ini disempurnakan oleh
Ptolomeus abad ke-2 M dan lebih dikenal sebagai sistem Ptolomeus.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan kumpulan
pengetahuan tersusun secara sistematis yang didasarkan pada penyelidikan dan
interpretasi terhadap peristiwa-peristiwa atau gejala alam melalui metode dan
sikap ilmiah. Ilmu ini terus berkembang, bertambah luas, dan mendalam sesuai
dengan hasil-hasil penemuan dan penyelidikan baru, menyebabkan timbulnya
cabang-cabang ilmu yang dikenal sebagai: Fisika, Kimia, Biologi, dan Ilmu
Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA). Dalam perkembangannya, ternyata banyak
proses yang penjelasannya memerlukan bantuan dari dua atau lebih cabang ilmu
yang merupakan kombinasi dari cabang-cabang yang telah ada, seperti Kimia
Fisika, Biokimia, Biofisika, dan Geofisika. Pembagian IPA dalam berbagai cabang
tersebut sebenarnya untuk lebih mempermudah mempelajari alam seisinya dari
sudut pandang tertentu. Namun di luar dari pada itu, satu hal yang pasti, yakni
sasaran yang diselidiki, diuraikan, dan dibahas adalah satu, yaitu alam semesta
yang meliputi: asal mula alam semesta dengan segala isinya, termasuk proses,
mekanisme, sifat benda maupun peristiwa yang terjadi.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan
diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas didalam makalah ini ialah
Bagaimanakah Sejarah Perkembangan Ilmu Astronomi (IPBA)?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yang berdasarkan atas rumusan masalah
yang ada, maka penulis memiliki tujuan:
a.
Dapat mengetahui
asal mula sejarah perkembangan ilmu astronomi dari zaman dahulu hingga zaman
sekarang.
b.
Sebagai salah
satu syarat untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Astronomi atau Ilmu
Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA)
c.
Dapat dijadikan
sebagai salah satu bacaan untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa yang ada
maupun masyarakat umum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Astronomi
Astronomi
sebagai ilmu adalah salah satu yang tertua, sebagaimana diketahui dari
artifak-artifak astronomis yang berasal dari era prasejarah; misalnya monumen-monumen
dari Mesir
dan Nubia,
atau Stonehenge
yang berasal dari Britania. Orang-orang dari peradaban-peradaban awal semacam Babilonia,
Yunani,
Cina,
India, dan Maya
juga didapati telah melakukan pengamatan yang metodologis atas langit malam. Akan tetapi
meskipun memiliki sejarah yang panjang, astronomi baru dapat berkembang menjadi
cabang ilmu pengetahuan modern melalui penemuan teleskop.
Cukup
banyak cabang-cabang ilmu yang pernah turut disertakan sebagai bagian dari
astronomi, dan apabila diperhatikan, sifat cabang-cabang ini sangat beragam:
dari astrometri,
pelayaran
berbasis angkasa, astronomi observasional, sampai dengan penyusunan kalender
dan astrologi.
Meski demikian, dewasa ini astronomi profesional dianggap identik dengan astrofisika.
Pada
abad ke-20, astronomi profesional terbagi menjadi dua cabang: astronomi
observasional dan astronomi teoretis. Yang
pertama melibatkan pengumpulan data dari pengamatan atas benda-benda langit,
yang kemudian akan dianalisis menggunakan prinsip-prinsip dasar fisika. Yang
kedua terpusat pada upaya pengembangan model-model komputer/analitis guna
menjelaskan sifat-sifat benda-benda langit serta fenomena-fenomena alam
lainnya. Adapun kedua cabang ini bersifat komplementer — astronomi teoretis
berusaha untuk menerangkan hasil-hasil pengamatan astronomi observasional, dan
astronomi observasional kemudian akan mencoba untuk membuktikan kesimpulan yang
dibuat oleh astronomi teoretis.
B. Sejarah
Perkembangan Ilmu Astronomi
·
MESOPOTAMIA
Astronomi
dapat ditemukan di Mesopotamia, yang terletak di antara Sungai Tigris dan
Sungai Efrat. Mesopotamia merupakan tempat terletaknya Kerajaan Sumeria, Asyur,
dan Babilonia. Sumber pengetahuan di wilayah ini pada zaman dahulu ditulis
dengan aksara Kuneiform.
Pengetahuan
dunia mengenai kegiatan astronomi Kerajaan Sumeria didapat melalui katalog
bintang Babilonia yang ditulis sekitar tahun 1200 SM. Para ahli menemukan bahwa
banyak terdapat bintang yang dinamai dengan bahasa Sumeria. Sumber klasik
sering juga menyebut astronom Mesopotamia dengan panggilan “kaldim”. Pada
kenyataannya, para kaldim terbukti merupakan ahli di bidang astrologi.
Terdapat
tablet-tablet yang berisi tulisan dengan aksara Kuneiform dari masa Babilonia
Kuno yang mendokumentasikan pengaplikasian ilmu matematika untuk menggambarkan
variasi panjang hari pada tahun solar. Hasil observasi Bangsa Babilonia
terhadap fenomena benda langit terekam pada sekumpulan tablet Kuneiform yang
disebut juga Enūma Anu Enlil. Tablet tertuanya merupakan Tablet 63, yakni
tablet milik Raja Ammi-Saduqa, yang berisi tentang penampakkan Venus pertama
dan terakhir selama 21 tahun, dan juga bukti pertama yang menggambarkan
fenomena planet secara periodik. Terdapat juga MUL.APIN, yaitu katalog bintang
yang menggambarkan penampakkan heolikal – saat ketika bintang dapat terlihat di
langit setelah lama tak terlihat, biasanya setelah matahari terbit – serta
menjelaskan letak planet dan panjang hari. Pada masa Nabonassar (747-733 SM),
kaum Babilonia telah menemukan siklus 18 tahun gerhana bulan. Salah satu
astronom Babilonia yang terkenal adalah Seleukus, yang merupakan pendukung
teori heliosentris.
Tablet
astronomi Mesopotamia
·
MESIR
Orientasi
piramida-piramida Mesir yang tepat mampu mendemonstrasikan kemampuan teknis
tingkat tinggi dalam pengamatan langit sejak milenium ke-3 SM. Kumpulan
piramida tersebut terlentang pada satu garis lurus menghadap bintang kutub yang
pada saat itu adalah Thuban, bintang pada rasi Draco.
Evaluasi
pada kuil Amun-Re di Karnak menunjukkan bahwa Piramida Besar terletak dalam
satu garis lurus dengan penampakkan midwinter sun, yaitu ketika Matahari
terletak paling jauh dari garis khatulistiwa. Selain pada saat tersebut,
koridor tempat jatuhnya sinar Matahari akan mendapatkan pemasukan cahaya yang
terbatas.
Di
Mesir, terdapat beberapa buku dari kuil yang menjelaskan hasil observasi
pergerakan serta fase matahari, bulan, dan bintang. Penampakkan bintang Sirius,
bintang yang paling terang, pada setiap permulaan banjir tahunan merupakan
salah satu contoh fungsi astronomi dalam penentuan waktu.
Karya
Klemens dari Aleksandria pada zaman Romawi diterjemahkan oleh para ahli yang
memperkirakan bahwa terdapat pengamat Mesir yang pada malam hari menggunakan
bandul timbang tegak lurus dan instrumen pengamat menghadap ahli nujum dengan
posisi yang menempatkan bintang kutub tepat di atas tengah kepalanya. Perkiraan
tersebut didasari penjelasan pada tabel bintang di langit-langit makam Ramses
VI dan Ramses IX, yang menjelaskan posisi-posisi bintang.
Susunan
astronomis piramida-piramida Mesir
·
YUNANI DAN DUNIA
HELLENISTIK
Yunani
Kuno beranggapan bahwa astronomi merupakan sebuah cabang dari ilmu matematika.
Perkembangan astronomi di Yunani dimulai pada abad ke-4 SM, dengan
dikembangkannya model geometris tiga dimensi pertama oleh Eudoxus dari Cnidus
dan Callippus dari Cyzikus. Model tersebut berguna untuk menjelaskan pergerakan
planet-planet. Kemudian, astronom Yunani selanjutnya yang bernama Heraclides
Ponticus menyatakan bahwa Bumi berotasi pada porosnya.
Pendekatan
mengenai fenomena benda langit juga dinyatakan oleh filusuf alam seperti Plato.
Pada karyanya yang berjudul “Timaeus”, Plato mendeskripsikan alam semesta
sebagai badan berbentuk bola yang terbagi menjadi lingkaran-lingkaran yang
menyandang planet. Astronomi
geometris Yunani Kuno dikenal dengan teorinya yang bernama epicycle. Model
dengan teori ini dibuat oleh Apollonius dari Perga. Astronom tersebut juga
berkontribusi dalam kompilasi dari katalog bintang pertama.
Perkembangan
sains di Yunani Kuno yang berlangsung pada abad ke-3 dan ke-2 SM ini tidak
hanya terjadi di Yunani, tapi juga di negara-negara bagian Hellenistik dan
sebagian Aleksandria. Misalnya, dengan menggunakan sudut-sudut bayangan yang
dibuat pada wilayah-wilayah yang terpisah jauh, Eratosthenes berhasil
memperkirakan lingkaran perputaran Bumi dengan akurat.
Mekanisme
Antikythera, yaitu alat observasi astronomi untuk menghitung pergerakan
Matahari dan Bulan yang kira-kira dibuat pada tahun 150-100 SM, merupakan
komputer astronomis pertama di dunia. Benda ini ditemukan di serpihan kapal
yang terdampar di Pulau Antikythera, sebuah pulau Yunani. Bukti utama yang
menyatakan bahwa penemuan juga ditemukan di sekitar Yunani adalah tokoh
terkenal yang berasal dari Aleksandria, yakni Ptolemaeus. Karyanya yang
berjudul “Megale Syntaxis” – yang lebih dikenal dengan nama Arabnya, “Almages”
– mempresentasikan astronomi geosentris yang berpengaruh besar terhadap
astronomi sampai Masa Renaisans.
Ptolemaeus
·
INDIA
Astrologi
di India Kuno didasari dengan perhitungan “sidereal”. Astronomi sidereal adalah
astronomi berdasarkan bintang-bintang, dan periode sidereal adalah panjang
waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi Matahari dalam satu putaran penuh .
Hal ini dapat diketahui dengan menemukannya tokoh Vedanga Jyotisha dan dokumen
Lagadha, yang menjelaskan aturan-aturan untuk mengikuti jejak pergerakkan
Matahari dan Bulan untuk ritual.
Aryabhata
(476-550), pada karyanya “Aryabhatiya”, mempersembahkan sistem komputasi yang
didasari oleh model planet, yang menjelaskan bahwa Bumi berputar pada porosnya.
Ia menghitung banyak konstanta astronomis, seperti periode planet serta waktu
solar dan gerhana bulan. Model-model lanjutan dari model Aryabhata adalah
Varahamihira, Brahmagupta, dan Bhaskara II. Astronomi di India
berkembang pada masa Kerajaan Sunga, ketika terdapat perkembangan dalam
perhitungan pergerakan dan tempat beberapa planet, serta letak dan
penampakannya. Terdapat juga perkembangan perhitungan gerhana.
Nilakantha
Somayaji merupakan astronom India Kuno lain yang menulis karya yang berjudul
“Aryabhatiyabhasya”. Karya ini berisi tentang pendapatnya mengenai Aryabhatiya,
serta penemuan sistem komputasi pribadinya yang merupakan sebagian model planet
heliosentris.
Alat peraga
astronomi untuk mengukur, dengan angka Hindu-Arab
·
CINA
Perkembangan
astronomi di Asia Timur di mulai di Cina. Istilah solar ditemukan pada sebuah
zaman di penghujung Dinasti Zhou. Sejarah astronomi di negeri ini dimulai dari
hasil observasi astronomis abad ke-6 SM , sampai penemuan astronomi Barat dan
teleskop pada abad ke-17.
Astronom
Cina terkenal dengan kemampuannya memperkirakan gerhana dengan tepat. Ilmu
astronomi di Cina digunakan untuk perhitungan waktu, seperti pembuatan kalender
lunisolar. Katalong bintang pertama di dunia juga di buat oleh astronom Cina,
Gan De, pada abad ke-4 SM.
Peta
bintang Su Song
·
MESOAMERIKA
Mesoamerika
dalam hal ini berkaitan dengan Suku Maya. Suku ini melasanakan kegiatan
astronomis seperti menghitung fase bulan, pengulangan gerhana-gerhana, serta
penampakkan dan masa tidak terlihatnya planet Venus sebagai bintang pagi dan
sore. Banyak bangunan-bangunan Suku Maya yang dibuat berdasarkan penampakkan
ekstrem dan letak planet Venus. Bagi Suku Maya Kuno, planet Venus merupakan
penyebab perang dan banyak perang-perang yang dipercaya terjadi pada pergerakan
planet ini.
Kalender
Maya dibuat berdasarkan siklus Pleiades (gugus bintang), Matahari, Bulan,
Venus, Jupiter, Saturunus, Mars, dan gerhana-gerhana yang digambarkan pada
“Dresden Codex”, yang semuanya diperhitungkan dengan teliti. Galaksi Bima Sakti
merupakan unsur yang sangat penting dalam Kosmologi suku ini.
Kalender Maya
·
ASTRONOMI ISLAM
Sejak
dulu, kaum Muslim di Arab terkenal dengan pengetahuannya yang luas. Sumber
pengetahuannya berasal dari buku-buku Yunani dan India, yang diterjemahkan
dalam bahasa Arab dan disediakan di perpustakaan setempat. Observasi astronomi
pertama di Islam di mulai pada abad ke-9, ketika katalog bintang Zij dibuat.
Pada akhir abad ke-9, astronom Persia bernama Ahmad ibn Muhammad ibn Kathīr
al-Farghānī menulis penjelasan mengenai pergerakan benda-benda langit secara
rinci. Karyanya telah terjemahkan dalam bahasa Latin pada abad ke -12. Pada
abad yang sama, Ja'far ibn Muhammad Abu Ma'shar al-Balkhi (Albumasar) membuat
model planet dengan teori heliosentris yang didasari bukti dari revolusi orbit.
Pada
abad ke-10, Abd al-Rahman al-Sufi (Azophi) mengobservasi bintang dan
mendeskripsikan posisi, ukuran, serta keterangan yang dilengkapi dengan gambar
dan warna pada setiap rasi dalam karyanya, "Buku Bintang Tetap". Ia
juga telah menemukan Galaksi Andromeda yang dulu ia sebut dengan "Awan
Kecil". Awan tersebut telah diketahui oleh astronom Isfahan, kemungkinan
sebelum tahun 905. Al-Sufi juga tokoh yang pertama kali menemukan Awan Besar
Magellan. Astronom Islam lain adalah Ali ibn Ridwan, yang mengobservasi SN
1006, yaitu supernova terterang di dunia, dan mendeskripsikannya dengan rinci.
Pada
akhir abad ke-10, astronom Abu-Mahmud al-Khujandi yang mengobservasi
perpindahan-perpindahan meridian Matahari membangun sebuah tempat pengamatan
langit berukuran besar di dekat Tehran, Iran, sehingga ia dapat memperhitungkan
kemiringan ekliptik, yaitu kemiringan jalur dari tengah Bumi ke Matahari.
Pada
abad ke-11, Omar Khayyám membuat banyak tabel dan mereformasi kalender yang
lebih akurat dari Kalender Julian, dan lebih menyerupai Kalender Gregorian.
Pada abad ini pula, Ibn al-Haytham (Alhazen) menulis karya yang berjudul
"Maqala fi daw al-qamar" (Dalam Penerangan Bintang) sebelum tahun
1021. Karya ini adalah metode percobaan pertama dalam ilmu astronomi dan
fisika-astronomi, serta percobaan pertama yang berhasil mengkombinasikan
astronomi matematis dengan "fisika" (yang kemudian disebut filosofi
alam) untuk beberapa hipotesis astronominya. Ia juga tidak setuju dengan opini
umum yang menyatakan bahwa Bulan mencermikan cahaya Matahari, dan membenarkan
bahwa "Bulan memancarkan cahaya Matahari yang menyentuh
permukaannya." Kemudian ia menciptakan sebuah alat eksperimen untuk
membuktikan bahwa cahaya dipancarkan dari permukaan Bulan yang terkena cahaya.
Pada
abad ke-12, Fakhr al-Din al-Razi mengkritik teori yang menyatakan bahwa Bumi
adalah pusat alam semesta, dan membenarkan bahwa ada lebih dari beribu-ribu dunia
(alfa alfi 'awalim) dengan masing-masing dunia tersebut berukuran lebih besar
serta memiliki kemiripan dengan dunia ini. Bukti observasional
empiris pertama mengenai rotasi Bumi ditemukan oleh Nasīr al-Dīn al-Tūsī pada
abad ke-13, oleh Ali Qushji pada abad ke-15, dan kemudian oleh Al-Birjandi yang
mencetuskan hipotesis "inersia sirkular" pada awal abad ke-16.
Filosofi
alam (disebut juga fisika Aristoles) dipisahkan dari astronomi oleh Ibn
al-Haytham (Alhazen) pada abad ke-11, oleh Ibn al-Shatir pada abad ke-14, dan
oleh Qushji pada abad ke-15. Hal ini merupakan tahap awal dari perkembangan
fisika astronomi yang independen.
Sekolah
Maragha merupakan sekolah yang terdapat di Arab. Telah diketahui bahwa model
heliosentris Kopernikus pada Nicolaus Copernicus' De revolutionibus menggunakan
konstruksi geometris yang sebelumnya dikembangkan oleh sekolah Maragha, dan
argumennya mengenai rotasi Bumi sangatlah mirip dengan pernyataan Nasīr al-Dīn
al-Tūsī and Ali al-Qushji.
Penampakkan
Merkurius yang dicetuskan oleh Ibn al-Shatir
·
EROPA BARAT PADA ABAD
PERTENGAHAN
Kemajuan
ilmu pengetahuan di Eropa Barat baru saja ditemukan akhir-akhir ini.
Sebelumnya, banyak ilmuwan yang menganggap bahwa tidak ada perkembangan ilmu
pengetahuan di belahan Bumi tersebut pada Abad Pertengahan. Ilmu Astronomi yang
terdapat di Eropa Barat pada zaman itu awalnya merupakan karya-karya klasik
dalam bahasa Yunani. Sayangnya, mayoritas masyarat Eropa tidak mengerti bahasa
tersebut sehingga yang dapat dipelajari hanyalah buku praktek dan rangkuman
singkat. Tokoh-tokoh terkenal yang menerjemahkan buku-buku bahasa Yunani
menjadi bahasa Latin adalah Makrobius, Pliny, Martianus Kapella, dan Kalkidius.
Pada
abad ke-7, warga Inggris yang bernama Venerabilis Beda dari Jarrow menerbitkan
buku dengan judul "On the Reckoning of Time" yang bercerita tentang
orang gereja yang menentukan tanggal hari Paskah dengan prosedur astronomi yang
bernama komputus. Karya ini merupakan unsur pendidikan Kependetaan yang sangat
penting sejak abad ke-7 sampai kebangkitan berbagai universitas di abad ke-12.
Ilmu astronomi dari Romawi Kuno dan pengajaran Venerabilis Beda dan pengikutnya
mulai dipelajari pada masa kebangkitan pendidikan yang didukung oleh Kaisar
Charlemagne. Pada
abad ke-10, ilmuwan Eropa seperti Gerbert dari Aurillak pergi ke Spanyol and
Sisili untuk mencari ilmu terkenal dalam bahasa Arab. Mereka menemukan teknik
astronomis untuk penetapan waktu, kalender, dan astrolabe (perkakas rancangan
Ibrahim al-Fazari pada masa khalifah Harun al-Rasyid yang digunakan untuk
menentukan letak benda langit). Tak lama kemudian, para ilmuwan Eropa Barat
mulai menerbitkan karya berbahasa Latin yang menjelaskan tentang konstruksi
astrolabe, misalnya Hermann dari Reichenau.
Pada
abad ke-12, lebih banyak lagi ilmuwan yang pergi ke Spanyol dan Silisi untuk
mencari ilmu astronomi dan astrologi tingkat tinggi. Tak lama kemudian,
terdapat banyak buku astronomi yang diterjemahkan dari bahasa Arab dan Yunani
ke bahasa Latin. Hal ini tentu memperkaya ilmu di Eropa Barat, yang membawa berbagai
universitas ke masa kebangkitannya. Bukti dari perkenalan astronomi dalam
universitas-universitas tersebut adalah karya John Sacrobosco pada tahun 1220
dengan judul "Tractatus de Sphaera", yang merupakan buku pelajaran
astronomi.
Pada
abad ke-14, Nicole Oresme, yang kemudian menjadi uskup di Liseux, menyangkal
teori yang menyatakan bahwa langit berputar, dan Bumi yang tidak bergerak; ia
menyatakan sebaliknya. Bagaimanapun juga, ia mengatakan bahwa "semua
orang, bahkan mungkin termasuk saya, berpikir bahwa langitlah yang bergerak
alih-alih Bumi. Padahal, Tuhan telah menciptakan dunia yang tidak patut
dipindahkan." Kemudian pada abad ke-15, kardinal Nicholas dari Kusa dalam
beberapa karya ilmiahnya menyatakan bahwa Bumi berotasi mengelilingi Matahari,
dan bahwa setiap bintang adalah Matahari yang jauh.
Nicole
Oresme
·
MASA RENAISANS
Perkembangan
ilmu astronomi pada Masa Renaisans dimulai dengan pernyataan Nikolaus
Kopernikus tentang Teori Heliosentris, yaitu bahwa Bumi mengelilingi Matahari
dan bukan sebaliknya. Pada karyanya, "De revolutionibus" terdapat
penjelasan matematis tentang teori tersebut secara rinci, dengan teknik
geometris yang telah digunakan sebelum zaman Ptolemaeus. Teorinya dipertahankan
dan kemudian dikembangkan oleh Galileo Galilei dan Johannes Kepler.
Galileo
adalah tokoh pertama yang menggunakan teleskop untuk mengobservasi langit, dan
dengan menggunakan alat peraga ciptaannya, teleskop refraktor 20x, ia berhasil
menemukan 4 satelit terbesar Jupiter pada tahun 1610. Observasinya merupakan
yang pertama dalam pengamatan satelit planet selain Bumi. Ia juga menemukan dan
menjelaskan dengan benar bahwa di Bulan terdapat lubang-lubang serta daerah
yang terkena sinar matahari, yang dapat dibedakan dari daerah lainnya. Galileo
menyatakan bahwa Venus memiliki fase yang serupa dengan fase Bulan. Ia juga
menyatakan bahwa obserbvasi tersebut membuktikan kebenaran sistem Kopernikus,
dan dengan penelitiannya yang lebih lanjut, menyatakan bahwa observasi tersebut
tidak cocok dengan teori sebelumnya mengenai lokasi Bumi di tengah alam
semesta.
Meskipun
pergerakan benda-benda langit telah dijelaskan dengan ilmu fisika secara
kualitatif sejak Aristoteles menerbitkan karya-karyanya, Johannes Kepler
merupakan tokoh pertama yang menyatakan bahwa prediksi matematis pergerakan
benda-benda langit disebabkan oleh alasan yang dapat dijelaskan dalam ilmu
fisika. Dengan mengkombinasikan pengetahuannya dalam ilmu fisika serta
observasi yang diciptakan oleh Tycho Brahe, Kepler menemukan 3 hukum pergerakan
planet yang masih digunakan sampai hari ini. Isaac Newton mempererat
hubungan astronomi dan fisika dengan hukum gravitasinya. Pada karyanya yang
berjudul "Philosophiae Naturalis Principia Mathematica", ia
memperoleh prinsip-prinsip awal dari hukum Kepler. Perkembangan teori-teori
Newton berperan besar dalam pembentukan fisika modern.
Fase
Venus Galileo
·
AMERIKA PADA MASA
KOLONIAL
Ilmu
astronomi di wilayah Amerika mulai ditemukan ketika penjajahan Bangsa Inggris
dimulai di sana. Astronomi awalnya berhasil dipelajari di lahan tersebut dengan
dasar filosofi Aristoteles. Kemudian diketahui bahwa ketertarikan terhadap
astronomi modern muncul di Almanak pada tahun 1659.
Para
astronom yang pada saat itu masih merupakan jajahan menggunakan metode ilmiah
dalam karya-karya mereka sendiri, dan dengan sumber terbatas mereka berhasil
mempelajari ilmu astronomi dengan lebih lanjut. Kemudian, riiset-riset mereka
dikembangkan dengan sumber yang lebih lengkap setelah memerdekakan diri menjadi
Amerika Serikat.
·
ASTRONOMI MODERN
Pada
abad ke-19, dengan ilmu spektroskopi dasar - yaitu ilmu yang mempelajari garis
spektra (daerah yang mendapatkan lebih sedikit ketika menguraikan cahaya
matahari) - para ilmuwan membuktikan bahwa unsur kimia di Matahari, terutama
hidrogen dan helium, ditemukan juga di Bumi.
Pada
abad ini pula, para ilmuwan menemukan bentuk-bentuk cahaya yang tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang, sehingga dibentuklah ilmu astronomi inframerah,
astronomi radio, astronomi sinar X, dan astronomi sinar gamma. Dengan ilmu spektroskopi,
diketahui bahwa bintang-bintang lain serupa dengan Matahari, namun dengan
berbagai massa, suhu, dan ukurang yang berbeda. Dengan diketahuinya eksitensi
galaksi Bima Sakti dan beberapa galaksi lainnya, wawasan astronomi mulai
terbuka luas atas kesadaran ilmuwan bahwa terdapat banyak galaksi yang belum
semuanya diketahui manusia.
Seiring
pergantian menuju abad ke-20, peran wanita dalam astronomi mulai terlihat. Hal
tersebut merupakan perubahan dari masa sebelumnya ketika pria mendominasi karir
astronom. Kaum wanita awalnya dipekerjakan sebagai "komputer"
manusia, yaitu melakukan perhitungan sementara ilmuwan melaksanakan riset yang
memerlukan ilmu tingkat tinggi. Namun, kaum wanita berhasil mempersembahkan
penemuan-penemuan, seperti Annie Jump Cannon, yang menurut pernyataan Lewis D.
Eigen, dalam 4 tahun berhasil menemukan dan membuat lebih banyak katalog
bintang dari seluruh katalog bintang kaum pria. Sayangnya, kebanyakan dari
penemu serta astronom wanita ini tidak mendapatkan cukup penghargaan yang patut
mereka terima. Meskipun hasil temuan mereka digunakan oleh para pelajar,
sedikit sekali yang mengetahui bahwa terdapat astronom wanita aktif sejak akhir
abad ke-19.
Spektroskopi
dipelajari lebih lanjut pada abad ke-20. Observasi tersebut perlu dimengerti,
terlebih lagi karena diciptakannya fisika kuantum. Abad tersebut juga merupakan
masa ketika kebanyakan pengetahuan yang sekarang digunakan dalam astronomi
ditemukan. Dengan bantuan fotografi, benda-benda langit yang tadinya tak
terlihat jelas dapat diobservasi. Pada abad ini, diketahui bahwa Matahari
merupakan satu dari lebih dari 10 miliar bintang yang terdapat pada suatu
galaksi. Eksistensi galaksi-galaksi lain ditetapkan oleh Edwin Hubble, yang
memastikan bahwa Andromeda merupakan galaksi lain, dan masih banyak galaksi
lain yang jauh dari galaksi kita.
Teleskop
Hubble
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Astronomi dapat ditemukan di Mesopotamia, yang
terletak di antara Sungai Tigris dan Sungai Efrat. Mesopotamia merupakan tempat
terletaknya Kerajaan Sumeria, Asyur, dan Babilonia. Sumber pengetahuan di
wilayah ini pada zaman dahulu ditulis dengan aksara Kuneiform. Terdapat
tablet-tablet yang berisi tulisan dengan aksara Kuneiform dari masa Babilonia
Kuno yang mendokumentasikan pengaplikasian ilmu matematika untuk menggambarkan
variasi panjang hari pada tahun solar. Hasil observasi Bangsa Babilonia
terhadap fenomena benda langit terekam pada sekumpulan tablet Kuneiform yang
disebut juga Enūma Anu Enlil.
Orientasi piramida-piramida Mesir yang tepat mampu
mendemonstrasikan kemampuan teknis tingkat tinggi dalam pengamatan langit sejak
milenium ke-3 SM. Kumpulan piramida tersebut terlentang pada satu garis lurus
menghadap bintang kutub yang pada saat itu adalah Thuban, bintang pada rasi
Draco. Yunani Kuno beranggapan bahwa astronomi merupakan sebuah cabang dari
ilmu matematika. Perkembangan astronomi di Yunani dimulai pada abad ke-4 SM,
dengan dikembangkannya model geometris tiga dimensi pertama oleh Eudoxus dari
Cnidus dan Callippus dari Cyzikus. Model tersebut berguna untuk menjelaskan
pergerakan planet-planet. Kemudian, astronom Yunani selanjutnya yang bernama
Heraclides Ponticus menyatakan bahwa Bumi berotasi pada porosnya.
Astrologi di India Kuno didasari dengan perhitungan
“sidereal”. Astronomi sidereal adalah astronomi berdasarkan bintang-bintang,
dan periode sidereal adalah panjang waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi
Matahari dalam satu putaran penuh . Hal ini dapat diketahui dengan menemukannya
tokoh Vedanga Jyotisha dan dokumen Lagadha, yang menjelaskan aturan-aturan
untuk mengikuti jejak pergerakkan Matahari dan Bulan untuk ritual. Perkembangan
astronomi di Asia Timur di mulai di Cina. Istilah solar ditemukan pada sebuah
zaman di penghujung Dinasti Zhou. Sejarah astronomi di negeri ini dimulai dari
hasil observasi astronomis abad ke-6 SM , sampai penemuan astronomi Barat dan
teleskop pada abad ke-17.
Mesoamerika dalam hal ini berkaitan dengan Suku Maya.
Suku ini melasanakan kegiatan astronomis seperti menghitung fase bulan,
pengulangan gerhana-gerhana, serta penampakkan dan masa tidak terlihatnya
planet Venus sebagai bintang pagi dan sore. Banyak bangunan-bangunan Suku Maya
yang dibuat berdasarkan penampakkan ekstrem dan letak planet Venus. Bagi Suku
Maya Kuno, planet Venus merupakan penyebab perang dan banyak perang-perang yang
dipercaya terjadi pada pergerakan planet ini.
Observasi astronomi pertama di Islam di mulai pada
abad ke-9, ketika katalog bintang Zij dibuat. Pada akhir abad ke-9, astronom
Persia bernama Ahmad ibn Muhammad ibn Kathīr al-Farghānī menulis penjelasan
mengenai pergerakan benda-benda langit secara rinci. Karyanya telah terjemahkan
dalam bahasa Latin pada abad ke -12. Pada abad yang sama, Ja'far ibn Muhammad
Abu Ma'shar al-Balkhi (Albumasar) membuat model planet dengan teori
heliosentris yang didasari bukti dari revolusi orbit.
Ilmu Astronomi yang terdapat di Eropa Barat pada zaman
itu awalnya merupakan karya-karya klasik dalam bahasa Yunani. Sayangnya,
mayoritas masyarat Eropa tidak mengerti bahasa tersebut sehingga yang dapat
dipelajari hanyalah buku praktek dan rangkuman singkat. Tokoh-tokoh terkenal
yang menerjemahkan buku-buku bahasa Yunani menjadi bahasa Latin adalah
Makrobius, Pliny, Martianus Kapella, dan Kalkidius.
Perkembangan ilmu astronomi pada Masa Renaisans dimulai
dengan pernyataan Nikolaus Kopernikus tentang Teori Heliosentris, yaitu bahwa
Bumi mengelilingi Matahari dan bukan sebaliknya. Pada karyanya, "De
revolutionibus" terdapat penjelasan matematis tentang teori tersebut
secara rinci, dengan teknik geometris yang telah digunakan sebelum zaman
Ptolemaeus. Teorinya dipertahankan dan kemudian dikembangkan oleh Galileo
Galilei dan Johannes Kepler. Ilmu astronomi di wilayah Amerika mulai ditemukan
ketika penjajahan Bangsa Inggris dimulai di sana. Astronomi awalnya berhasil
dipelajari di lahan tersebut dengan dasar filosofi Aristoteles. Kemudian
diketahui bahwa ketertarikan terhadap astronomi modern muncul di Almanak pada
tahun 1659.
Pada abad ini pula, para ilmuwan menemukan
bentuk-bentuk cahaya yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, sehingga
dibentuklah ilmu astronomi inframerah, astronomi radio, astronomi sinar X, dan
astronomi sinar gamma. Dengan ilmu spektroskopi, diketahui bahwa
bintang-bintang lain serupa dengan Matahari, namun dengan berbagai massa, suhu,
dan ukurang yang berbeda. Dengan diketahuinya eksitensi galaksi Bima Sakti dan
beberapa galaksi lainnya, wawasan astronomi mulai terbuka luas atas kesadaran
ilmuwan bahwa terdapat banyak galaksi yang belum semuanya diketahui manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
·
khairinnisaedogawa.blogspot.com/.../iad-perkembangan-dan-pengem...
·
ilmukuluas.blogspot.com/2009/03/sejarah-astronomi.html
·
labsky2012.blogspot.com/.../tugas-5-perkembangan-ilmu-astronomi....
·
ilmukuluas.blogspot.com/2009/03/sejarah-astronomi.html
·
nurmaatus.blogdetik.com/category/sejarah-panjang-ilmu-astronomi/