Minggu, 16 Desember 2012


TINGKAH LAKU MENYIMPANG
1.      Pengertian prilaku menyimpang

Prilaku seseorang dapat dikatakan menyimpang jika prilaku tersebut dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain dan melanggar aturan nilai serta norma menurut Andi Mappiare (1982), prilaku menyimpang disebut juga prilaku/tingkah laku bermasalah. Prilaku agresif ada yang menganggap sebagai prilaku menyimpang karena telah melanggar tata krama dari budaya kita yang cenderung mangajarkan anak menjadi penurut . dengan kata lain anak yang baik adalah anak yang penurut dengan apa yang dikehendaki oleh ornag tua, guru dan orang dewasa lainnya. Menurut pandangan aliran behaviorisme prilaku menyimpang terjadi apabila:
a.       Seseorang dihadapkan pada konflik yang tidak mampu diatasinya
b.      Seseorang gagal menemukan cara penyesuaian yang cocok untuk prilaku
c.       Seseorang belajar tentang cara yang tidak mampu diatasinya

Ciri pribadi mental yang sehat sebagai berikut:
1)      Perasaan yang aman dan tentram
2)      Mempunyai spontanitas dan emosional
3)      Mampu menilai dirinya dengan cara objektif dan positif
4)      Mempunyai kontak dengan sesuatu realita
5)      Memiliki dorongan dan nafsu jasmaniah yang sehat
6)      Memiliki pemahaman diri yang baik
7)      Mempunyai tujuan hidup yang sehat
8)      Memiliki kemampuan untuk belajar
9)      Adanya kesanggupan untuk memenuhi  kebutuhan kelompok
10)  Adanya sikap emansipasi yang sehat dalam kelompok

2.      Jenis-jenis tingkah laku menyimpang
a.       Berbohong
Anak kecil yang berbohong biasanya tidak bermaksud menipu orang lain, melainkan sedang mangkhayal. Kebohongan yang terjadi antaralain karena membesar-besarkan, tidak akurat dan meniru ketidak jujuran orang lain disebabkan hasrat anak untuk menghindari hukuman atau ancaman hukuman.


b.      Kecurangan
Kecurangan dalam permainan umum terjadi diantara anak semua usia karena kemenangan mempunyai nilai sosial yang tinggi
c.       Mencuri
Walaupun kebanyakan anak belajar pada usia dini bahwa mengambil milik orang lain itu salah, mereka melakukannya bila mana mereka menginginkan sesuatu yang dirasakan tidak dapat diperoleh dengan cara lain.
d.      Merusak
Pada anak kecil merusak biasanya tidak disengaja, kecuali dilakukan sebagai pembahasan. Anak yang lebih besar kurang merusak dibandingkan dengan yang lebih kecil karena mereka takut dihukum.
e.       Membolos
Pada anak kecil, membolos biasanya diakibatkan rasa takut ke sekolah yang disebabkan bukan karena sekolah, melainkan karena situasi rumah.

3.      Faktor yang mempengaruhi tingkah laku menyimpang
a.       Faktor yang berasal dari dalam diri anak
1.      Potensi kecerdasan rendah
2.      Tingkah laku yang menyimpang itu mendapatkan penguatan dari lingkungan
3.      Tidak menemukan figut yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari
4.      Belajar menyesuaikan diri yang salah
5.      Anak mendapat hambatan dalam memuaskan keinginannya

b.      Faktor yang berasal dari luar diri anak
1.      Lingkungan keluarga
a.       Suasanan keluarga yang tidak menimbulkan rasa aman
b.      Kontrol orang tua rendah
c.       Sifat orang tua dalam mendidik anak:
·         Orang tua yang otoriter
·         Orang tua jenis tenang
·         Orang tua jenis pencemas
·         Adanya krisis dan transisi dalam hidup anak
·         Kehadirannya dalam keluarga tidak diinginkan

2.      Lingkungan sekolah
a.       Pendekatan yang dilakuakn guru tidak sesuai dengan perkembangan anak
b.      Sarana dan prasarana sekolah kurang mamadai
3.      Lingkungan masyarakat
a.       Kurangnya partisipasi aktif dari masyarakat dalam membelajarkan anak atau mencegah melakukan pelanggaran
b.      Adanya film yang bertemakan kekerasan yang ditonton anak

4.      Usaha guru untuk memperbaiki tingkah laku menyimpang
a.       Hubungan keluarga yang harmonis dan terbuka
b.      Membantu mengahadapi berbagai kesulitan yang dihadapi anak
c.       Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak terkait
d.      Menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana bermain sambil belajar dengan tujuan mengurang aktifitas anak yang negatif
e.       Memberikan hadiah pada anak setiap kali ia bermain tanpa menyakiti orang lain
f.       Setiap kali anak melakukan tingkah laku menyimpang, jangan memberikan hukum fisik, tetapi berilah hukuman dengan cara lain
g.       Mengatakan pada anak bahwa tingkah laku mereka mengganggu orang lain
h.      Mengmbangkan pertimbangan sosial dalam diri anak

Kesimpulan :
1. Perilaku seseorang dikatakan menyimpang bilamana perilaku tersebut dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain dan juga melanggar aturan-aturan,nilai-nilai,dan norma baik agama,hukum maupun adat istiadat .
Menurut Andi Mappiare (1982) perilaku menyimpang itu dapat juga disebut dengan “Tingkah Laku Bermasalah “ . Arti tingkah laku bermasalah yang masih dianggap wajar dan dialami oleh anak-anak .
Anak yang baik adalah anak yang baik adalah anak yang penurut apa yang dikendaki oleh orangtua,guru dan orang dewasa lainnya .

2.Jenis-jenis perilaku menyimpang itu adalah berbohong,kecurangan,membolos dan mencuri .

3.Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang adalah dari dalam diri sendiri yaitu Suasanan keluarga yang tidak menimbulkan rasa aman,Kontrol orang tua rendah,Sifat orang tua dalam mendidik anak dan dari luar diri anak yaitu lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat .

4.Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi perilaku menyimpang adalah selalu care dengan anak,liatkan lah bukti bahwa kita itu ada untuk anak,jangan pernah memberi label pada anak .

Teori IQ,EQ dan SQ
Kecerdasan Intelektual (IQ)
Lapisan luar otak manusia adalah neo-certex, dan lapisan ini hanya dimilki oleh manusia, tidak dimiliki oleh makhluk lain. Dengan mempergunakan otak neo-certex, manusia mampu pula menciptakan pesawat terbang hingga bom nuklir.melalui penggunaan otak neo-certex ini maka lahirlah IQ, kemampuan intelektual.
Kecerdasan ini ditemukan pada sekitar tahun 1912 oleh William Stern. Digunakan sebagai pengukur kualitas seseorang pada masanya saat itu, dan ternyata masih juga di Indonesia saat ini. Bahkan untuk masuk ke militer pada saat itu, IQ lah yang menentukan tingkat keberhasilan dalam penerimaan masuk ke militer.
Kecerdasan ini terletak di otak bagian Cortex (kulit otak). Kecerdasan ini adalah sebuah kecerdasan yang memberikan kita kemampuan untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi. Atau lebih tepatnya diungkapkan oleh para pakar psikologis dengan “What I Think“.
Kecerdasan inilah yang paling banyak di dengar oleh kita. Kecerdasan ini dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Kecerdasan inilah yang jadi ukuran sebagian besar orang untuk meraih kesuksesan, banyak orang berpikir, dengan IQ tinggi, seseorang bisa meraih masa depan yang cerah dalam hidupnya. Bahkan sistem pendidikan di negara kita inipun masih memandang bahwa IQ adalah modal dasar siswa atau mahasiswa untuk meraih keberhasilan. akan tetapi test tersebut juga tidak dapat secara mutlak dinyatakan sebagai salah satu identitas dirinya karena tingkat intelektual seseorang selalu dapat berubah berdasarkan usia mental dan usia kronologisnya.
IQ adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika dan rasio seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbicara, kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan penguasaan matematika. IQ mengukur kecepatan kita untuk mempelajari hal-hal baru, memusatkan perhatian pada aneka tugas dan latihan, menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif, terlibat dalam proses berpikir, bekerja dengan angka, berpikir abstrak dan analitis, serta memecahkan permasalahan dan menerapkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Jika IQ kita tinggi, kita memiliki modal yang sangat baik untuk lulus dari semua jenis ujian dengan gemilang, dan meraih nilai yang tinggi dalam uji IQ.
Kecerdasan emosional adalah sebuah kemampuan untuk “mendengarkan” bisikan emosi, dan menjadikannya sebagai sumber informasi maha penting untuk memahami diri sendiri dan orang lain demi mencapai sebuah tujuan. Banyak orang yang salah memposisikan kecerdasan Emosional ini di bawah kecerdasan intelektual. Tetapi, penelitian mengatakan bahwa kecerdasan ini lebih menentukan kesuksesan seseorang dibandingkan dengan kecerdasan sosial. Kecerdasan ini lebih tepat diungkapkan dengan “What I feel
Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut kecerdasan emosional (EQ). Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat. Ya inilah kecerdasan yang mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan seseorang, Emotional Quotient atau EQ.
Seseorang dengan kecerdasan emosi (EQ) tinggi di sebabkan memiliki hal-hal sebagai berikut :
1. Sadar diri, dapat mengendalikan diri, dapat dipercaya, dapat beradaptasi dengan baik dan memiliki jiwa kreatif,
2. Bisa berempati, mampu memahami perasaan orang lain, bisa mengendaikan konflik, bisa bekerja sama dalam tim,
3. Mampu bergaul dan membangun sebuah persahabatan,
4. Dapat mempengaruhi orang lain,
5. Bersedia memikul tanggung jawab,
6. Berani bercita-cita,
7. Bermotivasi tinggi,
8. Selalu optimis,
9. Memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan
10. Senang mengatur dan mengorganisasikan aktivitas.
EQ adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan didunia yang rumit, aspek pribadi, sosial, dan pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari. Dalam bahasa sehari-hari, EQ disebut sebagai akal sehat.
Kecrdasan ini pertama kali digagas oleh Danar Zohar dan Ian Marshall, masing-masing dari Harvard University dan Oxford University. Dikatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. SQ juga bermakna kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Kecerdasan ini terletak dalam suatu titik yang disebut dengan God Spot. Mulai populer pada awal abad 21. Melalui kepopulerannya yang diangkat oleh Danar Zohar dalam bukunya Spiritual Capital dan berbagai tulisan seperti The Binding Problem karya Wolf Singer. Dalam beberapa bagian bukunya Zohar dan Marshal mencoba menyoroti hubungan antara agama dan SQ. Karena pada umumnya orang beranggapan bahwa SQ selalu berhubungan dengan agama. Padahal menurut kedua pengarang tersebut SQ berbeda dengan agama. Kalau agama merupakan aturan-aturan dari luar sedang SQ adalah kemampuan internal. Sesuatu yang menyentuh dan membimbing manusia dari dalam. SQ mampu menghubungkan manusia dengan ruh esensi di belakang semua agama. Orang yang SQ-nya tinggi tidak picik dan fanatik atau penuh prasangka dalam beragama.
Pengertian spiritualitas yang dikemukakan oleh Zohar dan Marshall tidak selalu mengkaitkan dengan masalah ketuhanan. Bagi mereka, kecerdasan spiritual lebih banyak terkait dengan masalah makna hidup, nilai-nilai dan keutuhan diri. Kesemuanya tidak perlu berkait dengan masalah ketuhanan. Orang dapat menemukan makna hidup dari bekerja, belajar, berkarya bahkan ketika menghadapi problematika dan penderitaan. Di sini tampak bahwa Zohar dan Marshall menempatkan agama hanya sebagai salah satu cara mendapatkan SQ tinggi.
Menurut para pakar, kecerdasan inilah yang sebagai penentu kesuksesan seseorang. Kecerdasan ini menjawab berbagai macam pertanyaan dasar dalam diri manusia. Kecerdasan ini juga menjawab dan mengungkapkan tentang jati diri seseorang, “Who I am“.
Orang yang ber SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif. Manusia yang memiliki SQ tinggi cenderung akan lebih bertahan hidup dari pada orang yang ber SQ rendah. Banyak kejadian-kejadian bunuh diri karena masalah yang sepele, mereka yang demikian itu tidak bisa memberi makna yang positif sari setiap kejadian yang mereka alami dengan kata lain SQ atau kecerdasan spiritual mereka sangat rendah.


Mengoptimalkan IQ, EQ, dan SQ.
Selain dengan asupan gizi yang cukup dan seimbang ke dalam tubuh, untuk mengoptimalisasikan kecerdasan intelektual atau IQ dapat diupayakan dengan melatih 7 kemampuan primer dari inteligensi umum, yaitu :
1. Pemahaman verbal,
2. Kefasihan menggunakan kata-kata,
3. Kemampuan bilangan,
4. Kemampuan ruang,
5. Kemampuan mengingat,
6. Kecepatan pengamatan, dan
7. Kemampuan penalaran.
Untuk mengoptimalisasikan kecerdasan emosi (EQ) seseorang dapat dilakukan dengan mengasah kecerdasan emosi setiap individu yang meliputIi :
1. Membiasakan diri menentukan perasaan dan tidak cepat-cepat menilai orang lain/situasi
2. Membiasakan diri menggunakan rasa ketika mengambil keputusan
3. Melatih diri untuk menggambarkan kekhawatiran
4. Membiasakan untuk mengerti perasaan orang lain
5. Melatih diri menunjukan empati
6. Melatih bertanggung jawab terhadap perasaannya sendiri
7. Melatih diri untuk mengelola perasaan dengan baik
8. Menghadapi segala hal secara positif.
Sedangkan untuk mengoptimalisasikan atau memfungsikan kecerdasan spiritual dapat dengan upaya sebagai berikut :
  1. Menggunakan aspek spiritual dalam menghadapi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan makna dan nilai
  2. Dengan melalui pendidikan agama
  3. Melatih diri untuk melihat sesuatu dengan mata hati.
 Keterkaitan antara IQ, EQ, dan SQ
IQ saja tidak menjamin keberhasilan hidup seseorang, demikian juga kalau hanya sekedar SQ dan EQ tidak akan mampu mendukung keberhasilan hidup seseorang secara utuh, material dan spritual. Berikut adalah bagan yang menunjukkan SQ sebagai pusat orbit IQ dan EQ.
Pada pusat orbit, itulah SQ di letakkan sebagai pusat gerakan dimensi spiritual. Sedangkan EQ yang melingkari SQ, menunjukkan bahwa ilmu EQ, digunakan dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual. Pada lingkaran IQ ini terletak dimensi emosional. Selanjutnya pada dimensi fisik, yaitu lingkaran terluar IQ yamg bergerak mengelilingi pusat orbit yaitu SQ, hl ini melukiskan bahwa setiap langkah fisik seperti aktifitas bisnis, bekerja berpolitik dan sebagainya harus tetap mengorbit pada nilai-nilai spiritual.
Lintasan EQ dan IQ yang mengorbit pada SQ memiliki sebuah kekuatan tersendiri yang tidak bisa diubah-ubah, seperti halnya garis edar planet-planet yang mengelilingi pusat galaksi. Demikian pula apabila pusat orbit itu diganti, maka hancur pulalah tatanan jiwa dan tatanan social kita. Sudah banyak contoh yang menunjukkan, manakala manusia mengganti pusat edarnya dangan kepentingan materi, golongan, jabatan, atau diri sendiri, maka hancurlah diri kita atau bansa kita seperti yang kita lihat saat ini.
 Hubungan Kerja Antara EQ, IQ, dan SQ dalam penyelesaian masalah
Kita akan melihat bahwa antara kecerdasan emosi (EQ), Kecerdasan spiritual (SQ), dan kecerdasan intelektual (IQ) sangat berkaitan erat satu dengan yang lain.
Dari bagan tersebut dapat kita lihat, apabila kita berorientasi pada “Tauhid”, maka hasilnya adalah EQ, IQ dan SQ yang terintegrasi. Pada saat masalah datang (1) maka radar hati bereaksi menangkap signal (2). Karena berorientasi pada materialisme (3B), maka emosi yang dihasilkan adalah emosi yang tidak terkendali, sehingga menghasilkan sikap-sikap sbb.: marah, sedih, kesal, dan takut (4B). Akibat emisi yang tidak terkendali, God Spot menjadi terbelenggu atau suara hati tidak memiliki peluang untuk muncul (5B). Bisikan suara hati ilahiah yang bersifat mulia tidak lagi bisa didengar dan menjadi tidak berfungsi, ini mengakibatka ia tidak mampu berkolaborasi dengan piranti kecerdasan yang lain (6B). Karena suara hati tertutup, maka yang paling memegang peranan adalah emosi. Emosi inilah yng memberi perintah pada sector kecerdasan intelektual (IQ). IQ akan menghitung, tetapi berdasarkan dorongan kemarahan, kekecewaan, kesedihan, iri hati, dan kedengkian (7B).
Kasus lain, ketika masalah datang (1) radar hati langsung menangkap signal (2). Ketika signal itu menyentuh dinding tauhid (3A), Kesadaran tauhid mengendalikan emosi. Hasilnya adalah emosi yang terkendali, seperti rasa tenang dan damai (4A). dengan ketenangan emosi yang terkendali itu, maka God Spot atau pintu hati terbuka dan bekerja (5A). Terdengar bisikan-bisikan ilahiah yang mengajak kita pada sifat-sifat : keadilan, kasih sayang, kejujuran, tanggung jawab, kepedulian, kreatfitas, komitmen, kebersamaan, perdamaian dan bisikan hati mulia lainnya (6A). Berdasarkan dorongan bisikan mulia itulah potensi kecerdasan intelektual bekerja dengan optimal (7B), yaitu sebuah perhitungan intelektualitas yang berlandaskan pada nilai-nilai keadilan, kejujuran, dan tanggung jawab. Lahirlah sebuah meta kecerdasan, yaitu integrasi EQ, IQ, dan SQ.
Sederhananya, bahwa tauhid akn mampu menstabilkan tekanan pada amygdale (system saraf emosi), sehingga emosi selalu terkendali. Pada saat inilah seseorang memiliki IQ tinggi,. Emosi yang tenang terkendali akan menghasilkan optimalisasi pada fungsi kerja God Spot pada lobus temporal serta mengeluarkan suara hati ilahiah dari dalam bilik peristirahatannya. Suara-suara ilahiah itulah bisikan informasi maha penting yang mampu menghasilkan keputusan yang sesuai denga hukum alam, sesuai dengan situasi yang ada, dan sesuai dengan garis orbit spiritualitas. Pada momentum inilah, seseorang memiliki kecerdasa spiritual (SQ) yang tinggi. Barulah dilanjutkan dengan mengambil langkah konktet lainnya berupa perhitungan yang logis (IQ), sehingga intelektualitas bergerak pada manzilah, atau garus edar yang mengorbit kepada Allah yan Esa (EQ). Inilah yang dinamakan Meta Kecerdasan itu.
Orientasi Materialisme
  1. Ketika masalah muncul pada dimensi fisik,
  2. Maka akan terjadi rangsangan pada dimensi emosi (EQ), berupa kemarahan, kesedihan, kekesalan, atau ketakutan.
  3. Akibatnya, suara hati ilahiah pada dimensi sepiritual (SQ) tidak bisa bekerja. Akhirnya aktifitas pada dimensi fisik akan bekerja tidak optimum bahkan tidak normal.
Orientasi Sepiritualisme Tauhid
  1. Ketika terjadi masalah pada dimensi fisik,
  2. Maka akan terjadi rangsangan pada dimensi emosi (EQ), namun karena aspek mental telah dilindungi oleh prinsip tauhid, maka emosi akan tetap tenang terkendali.
  3. Akibatnya, suara hati ilahiah pada dimensi sepiritual (SQ) bekerja dengan normal.
 Mengaktifkan Radar Hati
Ketika suatu permasalahan muncul, maka secara otomatis radar emosi atau fungsi otak limbik, otak emosional atau amydala akan merespon, tetapi respon itu seringkali tidak terkendali. Respon bisa bersifat positif atau bisa juga bersifat negatif. Tujuan dari pengendalian diri adalah menjaga agar posisi emosi selalu dalam posisi nol, atau pada posisi stabil. Hukum yang berlaku disini adalah rumus “aksi min reaksi”. Artinya, apabila rangsangan luar memberi energi +3, maka radar hati akan memberi respon (tanggapan) sebesar -3. Begitu juga sebaliknya, apabila ada tekanan (tarikan) sebesar -3, maka radar hati akan menanggapi sebesar +3. Tujuan mekanisme ini, agar radar emosi selalu tetap berada pada posisi netral, sehingga IQ dan SQ bisa bekerja secara optimal. Nol adalah lambing sebuah keadaan yang seimbang atau sebagai unsure keseimbangan.
SQ bekerja normal ketika emosi pada amygdale berada dalam pada posisi netral atau nol, ketika emosi berada pada posisi stabil (netral) atau nol, maka God Spot akan bekerja dengan baik. Jadi, ketika rangsangan terjadi, kita harus bekerja untuk membantu radar emosi agar tetap stabil suhunya. Karena pada umumnya, apabila ada rangsangan luar yang sebenarnya hanya -1, seringkali energi yang kita berikan tidak +1, dan besaran angkanya berlebihan (missal +10). Akibatnya, kelebihan energi -9. Kelebihan energi inilah yang kemudian merembet pada amygdale, sehingga menimbulkan kemarahan. Kemudian jika amygdale di tambah -9 lagi sehingga menjadi -18, maka energi negatif sebesar -18 ini langsung mendominasi dan membelenggu God Spot. Maka “sang minus 18” inilah yang kemudian memonopoli untuk mengambil alih komando. Ia, “si energi negatif ini”, memerintah otak untuk bertindak dengan tindakan yang negatif. Inilah mekanisme setan dalam keprofesionalannya bekerja mengganggu dan merusak spiritual manusia, agar senantiasa bertindak negatif dan membuat kerusakan di muka bumi, dengan cara yang paling efektif yaitu dengan “membutakan hati”.
Untuk mengatasi rangsangan agar kita senantiasa pada posisi normal, maka kita perlu mengidentifikasi jenis-jenis rangsangan emosi kita sekaligus obat penawarnya. Inilah 6 tablet pereda emosi itu, antara lain :
  1. Marah, ucapkanlah Istigfhar, Astagfirullah.
  2. Kehilangan dan sedih, ucapkan Innalillahi wa inna ilaihi raa’jiuun.
  3. Bahagia, ucapkan Alkhamdilillah.
  4. Kagum, ucapkan subhanallah.
  5. Takut, ucapkan Allahu Akbar.

Pada kurikulum 1968 dan kurikulum 1976 penekanannya lebih kepada perkembangan individu anak. Pada kurikulum 1968 jelas bahwa pendidikan dimaksudkan untuk memberikan kemungkinan untuk:
a) Mengembangkan semua aspek-aspek perkembangan dan pertumbuhan anak,

b) Memupuk sifat-sifat dan kebiasaan-kebiasaan yang baik, seperti yang dimiliki oleh orang dewasa yang dicita-citakan
c) Memupuk kemampuan-kemampuan dasar yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut
Sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional tersebut, maka dapat dirumuskan tujuan umum dan tujuan khusus untuk Taman Kanak-kanak sebagai berikut:
a. Tujuan umum: mernbentuk manusia Pancasila sejati, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang cakap, sehat, dan terampil, serta bertanggung jawab kepada Tuhan, masyarakat dan negara.

b. Tujuan khusus.
• Memberikan kesempatan kepada anak untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmaniahnya dan rohaniahnya serta mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya secara optimal, sebagai individu yang khas.
• Memberi bimbingan yang saksama agar anak memiliki sifat- sifat dan kebiasaan yang baik sehingga mereka dapat diterima oleh masyarakatnya.
• Mencapai kematangan mental dan fisik yang dibutuhkannya dapat melanjutkan pelajarannya di Sekolah Dasar.

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Sebagai salah satu ilmu pengetahuan tertua dalam peradaban manusia, Astronomi kerap dijuluki sebagai 'ratu sains'. Astronomi memang menempati posisi yang terbilang istimewa dalam kehidupan manusia. Sejak dulu, manusia begitu terkagum-kagum ketika memandang kerlip bintang dan pesona benda-benda langit yang begitu luar biasa. Fenomena langit sangatlah menarik rasa ingin tahu manusia. Sebuah bukti adalah adanya sejarah para ilmuan yang mencoba untuk mengamati dan mempelajari fenomena alam tersebut.
Awalnya, manusia menganggap fenomena langit sebagai sesuatu yang magis. Seiring berputarnya waktu dan zaman, manusia pun memanfaatkan keteraturan benda-benda yang mereka amati di angkasa untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti penanggalan. Dengan mengamati langit, manusia pun bisa menentukan waktu utuk pesta, upacara keagamaan, waktu untuk mulai menabur benih dan panen. Berbeda dengan zaman sekarang, perkembangan astronomi pada zaman sekarang begitu pesat seiring dengan temuan temuan terbaru seperti penemuan akan adanya sebuah kehidupan di planet mars karena didalamnya terdapat air, pnemuan planet-planet baru dan pengobservasian fenomena-fenomena alam dengan alat-alat canggih.
Mengkaji ilmu astronomi adalah hal yang sangat menarik, sehingga menjadikan perkembangan ilmu astronomi tetap berjalan dan selalu berkembang. Oleh karna itu kami mencoba mengkaji bagaimana perjalanan atau sejarah perkembangan ilmu astronomi dari zaman prasejarah sampai zaman sekarang. Kaitan astronomi dengan cabang pengetahuan alam sangat erat karena jagat raya dengan isinya merupakan laboratorium besar, yang selain untuk menguji teori juga untuk mengetahui kelakuan benda dalam alam. Kondisi-kondisi ekstrem yang sulit atau tidak mungkin diciptakan di laboratorium di bumi (seperti ruang yang sangat hampa, materi dengan kerapatan tinggi, medan gravitasi dan medan magnet yang sangat kuat) dapat diperoleh dalam alam semesta. Teori struktur dan evolusi bintang telah sukses dalam menjelaskan sumber-sumber energi dalam alam semesta serta asal mula dan proses perkembangan bintang-bintang.
Ini menunjukkan bahwa teori struktur bintang yang didasarkan pada fisika atom dan benda-benda renik lainnya dapat menjelaskan gejala-gejala alam pada skala yang besar. Medan gravitasi yang kuat di sekitar berbagai benda langit merupakan arena yang menarik untuk telaah teori relativitas umum. Pengamatan fenomena langit sebenarnya telah dilakukan sejak zaman kuno oleh orang-orang Cina, Mesopotamia, dan Mesir. Tetapi astronomi sebagai ilmu, baru berkembang di Yunani pada abad ke-6 SM. Babak Astronomi Yunani dimulai oleh Thales pada abad ke-6 SM yang berpendapat bahwa Bumi berbentuk datar. Walaupun pada abad yang sama Phytagoras telah mengetahui bahwa Bumi berbentuk bulat, terobosan penting yang pertama dalam astronomi dilakukan oleh Aristoteles dua abad kemudian. Aristoteles menyatakan bahwa Bumi bulat bundar dengan didukung sejumlah bukti ilmiah.
Terobosan yang kedua hampir dilakukan oleh Aristarchus pada abad ke-3 SM jika saja dia mempunyai cukup banyak pendukung. Aristarchus bukan saja berpendapat bahwa Bumi bukanlah pusat alam semesta, tetapi juga menyatakan bahwa Bumi berputar dan beredar mengelilingi Matahari (Heliosentris) yang merupakan pusat gerak langit. Namun sayang teori ini tidak mendapat tempat pada zaman itu. Zaman Astronomi Klasik Yunani ditutup oleh Hipparchus pada abad ke-1 SM yang menyatakan bahwa Bumi yang bundar itu diam; Matahari, Bulan, dan Planet-planet mengelilingi Bumi. Sistem Geosentris ini disempurnakan oleh Ptolomeus abad ke-2 M dan lebih dikenal sebagai sistem Ptolomeus.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis yang didasarkan pada penyelidikan dan interpretasi terhadap peristiwa-peristiwa atau gejala alam melalui metode dan sikap ilmiah. Ilmu ini terus berkembang, bertambah luas, dan mendalam sesuai dengan hasil-hasil penemuan dan penyelidikan baru, menyebabkan timbulnya cabang-cabang ilmu yang dikenal sebagai: Fisika, Kimia, Biologi, dan Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA). Dalam perkembangannya, ternyata banyak proses yang penjelasannya memerlukan bantuan dari dua atau lebih cabang ilmu yang merupakan kombinasi dari cabang-cabang yang telah ada, seperti Kimia Fisika, Biokimia, Biofisika, dan Geofisika. Pembagian IPA dalam berbagai cabang tersebut sebenarnya untuk lebih mempermudah mempelajari alam seisinya dari sudut pandang tertentu. Namun di luar dari pada itu, satu hal yang pasti, yakni sasaran yang diselidiki, diuraikan, dan dibahas adalah satu, yaitu alam semesta yang meliputi: asal mula alam semesta dengan segala isinya, termasuk proses, mekanisme, sifat benda maupun peristiwa yang terjadi.



B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas didalam makalah ini ialah Bagaimanakah Sejarah Perkembangan Ilmu Astronomi (IPBA)?
C.    TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah  ini yang berdasarkan atas rumusan masalah yang ada, maka penulis memiliki tujuan:
a.       Dapat mengetahui asal mula sejarah perkembangan ilmu astronomi dari zaman dahulu hingga zaman sekarang.
b.      Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Astronomi atau Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA)
c.       Dapat dijadikan sebagai salah satu bacaan untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa yang ada maupun masyarakat umum.











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Astronomi
Astronomi ialah cabang ilmu alam yang melibatkan pengamatan benda-benda langit (seperti halnya bintang, planet, komet, nebula, gugus bintang, atau galaksi) serta fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer Bumi (misalnya radiasi latar belakang kosmik (radiasi CMB)). Ilmu ini secara pokok mempelajari pelbagai sisi dari benda-benda langit — seperti asal-usul, sifat fisika/kimia, meteorologi, dan gerak — dan bagaimana pengetahuan akan benda-benda tersebut menjelaskan pembentukan dan perkembangan alam semesta.
Astronomi sebagai ilmu adalah salah satu yang tertua, sebagaimana diketahui dari artifak-artifak astronomis yang berasal dari era prasejarah; misalnya monumen-monumen dari Mesir dan Nubia, atau Stonehenge yang berasal dari Britania. Orang-orang dari peradaban-peradaban awal semacam Babilonia, Yunani, Cina, India, dan Maya juga didapati telah melakukan pengamatan yang metodologis atas langit malam. Akan tetapi meskipun memiliki sejarah yang panjang, astronomi baru dapat berkembang menjadi cabang ilmu pengetahuan modern melalui penemuan teleskop.
Cukup banyak cabang-cabang ilmu yang pernah turut disertakan sebagai bagian dari astronomi, dan apabila diperhatikan, sifat cabang-cabang ini sangat beragam: dari astrometri, pelayaran berbasis angkasa, astronomi observasional, sampai dengan penyusunan kalender dan astrologi. Meski demikian, dewasa ini astronomi profesional dianggap identik dengan astrofisika.
Pada abad ke-20, astronomi profesional terbagi menjadi dua cabang: astronomi observasional dan astronomi teoretis. Yang pertama melibatkan pengumpulan data dari pengamatan atas benda-benda langit, yang kemudian akan dianalisis menggunakan prinsip-prinsip dasar fisika. Yang kedua terpusat pada upaya pengembangan model-model komputer/analitis guna menjelaskan sifat-sifat benda-benda langit serta fenomena-fenomena alam lainnya. Adapun kedua cabang ini bersifat komplementer — astronomi teoretis berusaha untuk menerangkan hasil-hasil pengamatan astronomi observasional, dan astronomi observasional kemudian akan mencoba untuk membuktikan kesimpulan yang dibuat oleh astronomi teoretis.
B.     Sejarah Perkembangan Ilmu Astronomi
·         MESOPOTAMIA
Astronomi dapat ditemukan di Mesopotamia, yang terletak di antara Sungai Tigris dan Sungai Efrat. Mesopotamia merupakan tempat terletaknya Kerajaan Sumeria, Asyur, dan Babilonia. Sumber pengetahuan di wilayah ini pada zaman dahulu ditulis dengan aksara Kuneiform.
Pengetahuan dunia mengenai kegiatan astronomi Kerajaan Sumeria didapat melalui katalog bintang Babilonia yang ditulis sekitar tahun 1200 SM. Para ahli menemukan bahwa banyak terdapat bintang yang dinamai dengan bahasa Sumeria. Sumber klasik sering juga menyebut astronom Mesopotamia dengan panggilan “kaldim”. Pada kenyataannya, para kaldim terbukti merupakan ahli di bidang astrologi.
Terdapat tablet-tablet yang berisi tulisan dengan aksara Kuneiform dari masa Babilonia Kuno yang mendokumentasikan pengaplikasian ilmu matematika untuk menggambarkan variasi panjang hari pada tahun solar. Hasil observasi Bangsa Babilonia terhadap fenomena benda langit terekam pada sekumpulan tablet Kuneiform yang disebut juga Enūma Anu Enlil. Tablet tertuanya merupakan Tablet 63, yakni tablet milik Raja Ammi-Saduqa, yang berisi tentang penampakkan Venus pertama dan terakhir selama 21 tahun, dan juga bukti pertama yang menggambarkan fenomena planet secara periodik. Terdapat juga MUL.APIN, yaitu katalog bintang yang menggambarkan penampakkan heolikal – saat ketika bintang dapat terlihat di langit setelah lama tak terlihat, biasanya setelah matahari terbit – serta menjelaskan letak planet dan panjang hari. Pada masa Nabonassar (747-733 SM), kaum Babilonia telah menemukan siklus 18 tahun gerhana bulan. Salah satu astronom Babilonia yang terkenal adalah Seleukus, yang merupakan pendukung teori heliosentris.
Tablet astronomi Mesopotamia
·         MESIR
Orientasi piramida-piramida Mesir yang tepat mampu mendemonstrasikan kemampuan teknis tingkat tinggi dalam pengamatan langit sejak milenium ke-3 SM. Kumpulan piramida tersebut terlentang pada satu garis lurus menghadap bintang kutub yang pada saat itu adalah Thuban, bintang pada rasi Draco.
Evaluasi pada kuil Amun-Re di Karnak menunjukkan bahwa Piramida Besar terletak dalam satu garis lurus dengan penampakkan midwinter sun, yaitu ketika Matahari terletak paling jauh dari garis khatulistiwa. Selain pada saat tersebut, koridor tempat jatuhnya sinar Matahari akan mendapatkan pemasukan cahaya yang terbatas.
Di Mesir, terdapat beberapa buku dari kuil yang menjelaskan hasil observasi pergerakan serta fase matahari, bulan, dan bintang. Penampakkan bintang Sirius, bintang yang paling terang, pada setiap permulaan banjir tahunan merupakan salah satu contoh fungsi astronomi dalam penentuan waktu.
Karya Klemens dari Aleksandria pada zaman Romawi diterjemahkan oleh para ahli yang memperkirakan bahwa terdapat pengamat Mesir yang pada malam hari menggunakan bandul timbang tegak lurus dan instrumen pengamat menghadap ahli nujum dengan posisi yang menempatkan bintang kutub tepat di atas tengah kepalanya. Perkiraan tersebut didasari penjelasan pada tabel bintang di langit-langit makam Ramses VI dan Ramses IX, yang menjelaskan posisi-posisi bintang.
Susunan astronomis piramida-piramida Mesir
·         YUNANI DAN DUNIA HELLENISTIK
Yunani Kuno beranggapan bahwa astronomi merupakan sebuah cabang dari ilmu matematika. Perkembangan astronomi di Yunani dimulai pada abad ke-4 SM, dengan dikembangkannya model geometris tiga dimensi pertama oleh Eudoxus dari Cnidus dan Callippus dari Cyzikus. Model tersebut berguna untuk menjelaskan pergerakan planet-planet. Kemudian, astronom Yunani selanjutnya yang bernama Heraclides Ponticus menyatakan bahwa Bumi berotasi pada porosnya.
Pendekatan mengenai fenomena benda langit juga dinyatakan oleh filusuf alam seperti Plato. Pada karyanya yang berjudul “Timaeus”, Plato mendeskripsikan alam semesta sebagai badan berbentuk bola yang terbagi menjadi lingkaran-lingkaran yang menyandang planet. Astronomi geometris Yunani Kuno dikenal dengan teorinya yang bernama epicycle. Model dengan teori ini dibuat oleh Apollonius dari Perga. Astronom tersebut juga berkontribusi dalam kompilasi dari katalog bintang pertama.
Perkembangan sains di Yunani Kuno yang berlangsung pada abad ke-3 dan ke-2 SM ini tidak hanya terjadi di Yunani, tapi juga di negara-negara bagian Hellenistik dan sebagian Aleksandria. Misalnya, dengan menggunakan sudut-sudut bayangan yang dibuat pada wilayah-wilayah yang terpisah jauh, Eratosthenes berhasil memperkirakan lingkaran perputaran Bumi dengan akurat.
Mekanisme Antikythera, yaitu alat observasi astronomi untuk menghitung pergerakan Matahari dan Bulan yang kira-kira dibuat pada tahun 150-100 SM, merupakan komputer astronomis pertama di dunia. Benda ini ditemukan di serpihan kapal yang terdampar di Pulau Antikythera, sebuah pulau Yunani. Bukti utama yang menyatakan bahwa penemuan juga ditemukan di sekitar Yunani adalah tokoh terkenal yang berasal dari Aleksandria, yakni Ptolemaeus. Karyanya yang berjudul “Megale Syntaxis” – yang lebih dikenal dengan nama Arabnya, “Almages” – mempresentasikan astronomi geosentris yang berpengaruh besar terhadap astronomi sampai Masa Renaisans.
Ptolemaeus
·         INDIA
Astrologi di India Kuno didasari dengan perhitungan “sidereal”. Astronomi sidereal adalah astronomi berdasarkan bintang-bintang, dan periode sidereal adalah panjang waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi Matahari dalam satu putaran penuh . Hal ini dapat diketahui dengan menemukannya tokoh Vedanga Jyotisha dan dokumen Lagadha, yang menjelaskan aturan-aturan untuk mengikuti jejak pergerakkan Matahari dan Bulan untuk ritual.
Aryabhata (476-550), pada karyanya “Aryabhatiya”, mempersembahkan sistem komputasi yang didasari oleh model planet, yang menjelaskan bahwa Bumi berputar pada porosnya. Ia menghitung banyak konstanta astronomis, seperti periode planet serta waktu solar dan gerhana bulan. Model-model lanjutan dari model Aryabhata adalah Varahamihira, Brahmagupta, dan Bhaskara II. Astronomi di India berkembang pada masa Kerajaan Sunga, ketika terdapat perkembangan dalam perhitungan pergerakan dan tempat beberapa planet, serta letak dan penampakannya. Terdapat juga perkembangan perhitungan gerhana.
Nilakantha Somayaji merupakan astronom India Kuno lain yang menulis karya yang berjudul “Aryabhatiyabhasya”. Karya ini berisi tentang pendapatnya mengenai Aryabhatiya, serta penemuan sistem komputasi pribadinya yang merupakan sebagian model planet heliosentris.
Alat peraga astronomi untuk mengukur, dengan angka Hindu-Arab
·         CINA
Perkembangan astronomi di Asia Timur di mulai di Cina. Istilah solar ditemukan pada sebuah zaman di penghujung Dinasti Zhou. Sejarah astronomi di negeri ini dimulai dari hasil observasi astronomis abad ke-6 SM , sampai penemuan astronomi Barat dan teleskop pada abad ke-17.
Astronom Cina terkenal dengan kemampuannya memperkirakan gerhana dengan tepat. Ilmu astronomi di Cina digunakan untuk perhitungan waktu, seperti pembuatan kalender lunisolar. Katalong bintang pertama di dunia juga di buat oleh astronom Cina, Gan De, pada abad ke-4 SM.
Peta bintang Su Song
·         MESOAMERIKA
Mesoamerika dalam hal ini berkaitan dengan Suku Maya. Suku ini melasanakan kegiatan astronomis seperti menghitung fase bulan, pengulangan gerhana-gerhana, serta penampakkan dan masa tidak terlihatnya planet Venus sebagai bintang pagi dan sore. Banyak bangunan-bangunan Suku Maya yang dibuat berdasarkan penampakkan ekstrem dan letak planet Venus. Bagi Suku Maya Kuno, planet Venus merupakan penyebab perang dan banyak perang-perang yang dipercaya terjadi pada pergerakan planet ini.
Kalender Maya dibuat berdasarkan siklus Pleiades (gugus bintang), Matahari, Bulan, Venus, Jupiter, Saturunus, Mars, dan gerhana-gerhana yang digambarkan pada “Dresden Codex”, yang semuanya diperhitungkan dengan teliti. Galaksi Bima Sakti merupakan unsur yang sangat penting dalam Kosmologi suku ini.
Kalender Maya
·         ASTRONOMI ISLAM
Sejak dulu, kaum Muslim di Arab terkenal dengan pengetahuannya yang luas. Sumber pengetahuannya berasal dari buku-buku Yunani dan India, yang diterjemahkan dalam bahasa Arab dan disediakan di perpustakaan setempat. Observasi astronomi pertama di Islam di mulai pada abad ke-9, ketika katalog bintang Zij dibuat. Pada akhir abad ke-9, astronom Persia bernama Ahmad ibn Muhammad ibn Kathīr al-Farghānī menulis penjelasan mengenai pergerakan benda-benda langit secara rinci. Karyanya telah terjemahkan dalam bahasa Latin pada abad ke -12. Pada abad yang sama, Ja'far ibn Muhammad Abu Ma'shar al-Balkhi (Albumasar) membuat model planet dengan teori heliosentris yang didasari bukti dari revolusi orbit.
Pada abad ke-10, Abd al-Rahman al-Sufi (Azophi) mengobservasi bintang dan mendeskripsikan posisi, ukuran, serta keterangan yang dilengkapi dengan gambar dan warna pada setiap rasi dalam karyanya, "Buku Bintang Tetap". Ia juga telah menemukan Galaksi Andromeda yang dulu ia sebut dengan "Awan Kecil". Awan tersebut telah diketahui oleh astronom Isfahan, kemungkinan sebelum tahun 905. Al-Sufi juga tokoh yang pertama kali menemukan Awan Besar Magellan. Astronom Islam lain adalah Ali ibn Ridwan, yang mengobservasi SN 1006, yaitu supernova terterang di dunia, dan mendeskripsikannya dengan rinci.
Pada akhir abad ke-10, astronom Abu-Mahmud al-Khujandi yang mengobservasi perpindahan-perpindahan meridian Matahari membangun sebuah tempat pengamatan langit berukuran besar di dekat Tehran, Iran, sehingga ia dapat memperhitungkan kemiringan ekliptik, yaitu kemiringan jalur dari tengah Bumi ke Matahari.
Pada abad ke-11, Omar Khayyám membuat banyak tabel dan mereformasi kalender yang lebih akurat dari Kalender Julian, dan lebih menyerupai Kalender Gregorian. Pada abad ini pula, Ibn al-Haytham (Alhazen) menulis karya yang berjudul "Maqala fi daw al-qamar" (Dalam Penerangan Bintang) sebelum tahun 1021. Karya ini adalah metode percobaan pertama dalam ilmu astronomi dan fisika-astronomi, serta percobaan pertama yang berhasil mengkombinasikan astronomi matematis dengan "fisika" (yang kemudian disebut filosofi alam) untuk beberapa hipotesis astronominya. Ia juga tidak setuju dengan opini umum yang menyatakan bahwa Bulan mencermikan cahaya Matahari, dan membenarkan bahwa "Bulan memancarkan cahaya Matahari yang menyentuh permukaannya." Kemudian ia menciptakan sebuah alat eksperimen untuk membuktikan bahwa cahaya dipancarkan dari permukaan Bulan yang terkena cahaya.
Pada abad ke-12, Fakhr al-Din al-Razi mengkritik teori yang menyatakan bahwa Bumi adalah pusat alam semesta, dan membenarkan bahwa ada lebih dari beribu-ribu dunia (alfa alfi 'awalim) dengan masing-masing dunia tersebut berukuran lebih besar serta memiliki kemiripan dengan dunia ini. Bukti observasional empiris pertama mengenai rotasi Bumi ditemukan oleh Nasīr al-Dīn al-Tūsī pada abad ke-13, oleh Ali Qushji pada abad ke-15, dan kemudian oleh Al-Birjandi yang mencetuskan hipotesis "inersia sirkular" pada awal abad ke-16.
Filosofi alam (disebut juga fisika Aristoles) dipisahkan dari astronomi oleh Ibn al-Haytham (Alhazen) pada abad ke-11, oleh Ibn al-Shatir pada abad ke-14, dan oleh Qushji pada abad ke-15. Hal ini merupakan tahap awal dari perkembangan fisika astronomi yang independen. Sekolah Maragha merupakan sekolah yang terdapat di Arab. Telah diketahui bahwa model heliosentris Kopernikus pada Nicolaus Copernicus' De revolutionibus menggunakan konstruksi geometris yang sebelumnya dikembangkan oleh sekolah Maragha, dan argumennya mengenai rotasi Bumi sangatlah mirip dengan pernyataan Nasīr al-Dīn al-Tūsī and Ali al-Qushji.
Penampakkan Merkurius yang dicetuskan oleh Ibn al-Shatir
·         EROPA BARAT PADA ABAD PERTENGAHAN
Kemajuan ilmu pengetahuan di Eropa Barat baru saja ditemukan akhir-akhir ini. Sebelumnya, banyak ilmuwan yang menganggap bahwa tidak ada perkembangan ilmu pengetahuan di belahan Bumi tersebut pada Abad Pertengahan. Ilmu Astronomi yang terdapat di Eropa Barat pada zaman itu awalnya merupakan karya-karya klasik dalam bahasa Yunani. Sayangnya, mayoritas masyarat Eropa tidak mengerti bahasa tersebut sehingga yang dapat dipelajari hanyalah buku praktek dan rangkuman singkat. Tokoh-tokoh terkenal yang menerjemahkan buku-buku bahasa Yunani menjadi bahasa Latin adalah Makrobius, Pliny, Martianus Kapella, dan Kalkidius.
Pada abad ke-7, warga Inggris yang bernama Venerabilis Beda dari Jarrow menerbitkan buku dengan judul "On the Reckoning of Time" yang bercerita tentang orang gereja yang menentukan tanggal hari Paskah dengan prosedur astronomi yang bernama komputus. Karya ini merupakan unsur pendidikan Kependetaan yang sangat penting sejak abad ke-7 sampai kebangkitan berbagai universitas di abad ke-12. Ilmu astronomi dari Romawi Kuno dan pengajaran Venerabilis Beda dan pengikutnya mulai dipelajari pada masa kebangkitan pendidikan yang didukung oleh Kaisar Charlemagne. Pada abad ke-10, ilmuwan Eropa seperti Gerbert dari Aurillak pergi ke Spanyol and Sisili untuk mencari ilmu terkenal dalam bahasa Arab. Mereka menemukan teknik astronomis untuk penetapan waktu, kalender, dan astrolabe (perkakas rancangan Ibrahim al-Fazari pada masa khalifah Harun al-Rasyid yang digunakan untuk menentukan letak benda langit). Tak lama kemudian, para ilmuwan Eropa Barat mulai menerbitkan karya berbahasa Latin yang menjelaskan tentang konstruksi astrolabe, misalnya Hermann dari Reichenau.
Pada abad ke-12, lebih banyak lagi ilmuwan yang pergi ke Spanyol dan Silisi untuk mencari ilmu astronomi dan astrologi tingkat tinggi. Tak lama kemudian, terdapat banyak buku astronomi yang diterjemahkan dari bahasa Arab dan Yunani ke bahasa Latin. Hal ini tentu memperkaya ilmu di Eropa Barat, yang membawa berbagai universitas ke masa kebangkitannya. Bukti dari perkenalan astronomi dalam universitas-universitas tersebut adalah karya John Sacrobosco pada tahun 1220 dengan judul "Tractatus de Sphaera", yang merupakan buku pelajaran astronomi.  
Pada abad ke-14, Nicole Oresme, yang kemudian menjadi uskup di Liseux, menyangkal teori yang menyatakan bahwa langit berputar, dan Bumi yang tidak bergerak; ia menyatakan sebaliknya. Bagaimanapun juga, ia mengatakan bahwa "semua orang, bahkan mungkin termasuk saya, berpikir bahwa langitlah yang bergerak alih-alih Bumi. Padahal, Tuhan telah menciptakan dunia yang tidak patut dipindahkan." Kemudian pada abad ke-15, kardinal Nicholas dari Kusa dalam beberapa karya ilmiahnya menyatakan bahwa Bumi berotasi mengelilingi Matahari, dan bahwa setiap bintang adalah Matahari yang jauh.
 
Nicole Oresme
·         MASA RENAISANS
Perkembangan ilmu astronomi pada Masa Renaisans dimulai dengan pernyataan Nikolaus Kopernikus tentang Teori Heliosentris, yaitu bahwa Bumi mengelilingi Matahari dan bukan sebaliknya. Pada karyanya, "De revolutionibus" terdapat penjelasan matematis tentang teori tersebut secara rinci, dengan teknik geometris yang telah digunakan sebelum zaman Ptolemaeus. Teorinya dipertahankan dan kemudian dikembangkan oleh Galileo Galilei dan Johannes Kepler.
Galileo adalah tokoh pertama yang menggunakan teleskop untuk mengobservasi langit, dan dengan menggunakan alat peraga ciptaannya, teleskop refraktor 20x, ia berhasil menemukan 4 satelit terbesar Jupiter pada tahun 1610. Observasinya merupakan yang pertama dalam pengamatan satelit planet selain Bumi. Ia juga menemukan dan menjelaskan dengan benar bahwa di Bulan terdapat lubang-lubang serta daerah yang terkena sinar matahari, yang dapat dibedakan dari daerah lainnya. Galileo menyatakan bahwa Venus memiliki fase yang serupa dengan fase Bulan. Ia juga menyatakan bahwa obserbvasi tersebut membuktikan kebenaran sistem Kopernikus, dan dengan penelitiannya yang lebih lanjut, menyatakan bahwa observasi tersebut tidak cocok dengan teori sebelumnya mengenai lokasi Bumi di tengah alam semesta.
Meskipun pergerakan benda-benda langit telah dijelaskan dengan ilmu fisika secara kualitatif sejak Aristoteles menerbitkan karya-karyanya, Johannes Kepler merupakan tokoh pertama yang menyatakan bahwa prediksi matematis pergerakan benda-benda langit disebabkan oleh alasan yang dapat dijelaskan dalam ilmu fisika. Dengan mengkombinasikan pengetahuannya dalam ilmu fisika serta observasi yang diciptakan oleh Tycho Brahe, Kepler menemukan 3 hukum pergerakan planet yang masih digunakan sampai hari ini. Isaac Newton mempererat hubungan astronomi dan fisika dengan hukum gravitasinya. Pada karyanya yang berjudul "Philosophiae Naturalis Principia Mathematica", ia memperoleh prinsip-prinsip awal dari hukum Kepler. Perkembangan teori-teori Newton berperan besar dalam pembentukan fisika modern.
Fase Venus Galileo
·         AMERIKA PADA MASA KOLONIAL
Ilmu astronomi di wilayah Amerika mulai ditemukan ketika penjajahan Bangsa Inggris dimulai di sana. Astronomi awalnya berhasil dipelajari di lahan tersebut dengan dasar filosofi Aristoteles. Kemudian diketahui bahwa ketertarikan terhadap astronomi modern muncul di Almanak pada tahun 1659.  
Para astronom yang pada saat itu masih merupakan jajahan menggunakan metode ilmiah dalam karya-karya mereka sendiri, dan dengan sumber terbatas mereka berhasil mempelajari ilmu astronomi dengan lebih lanjut. Kemudian, riiset-riset mereka dikembangkan dengan sumber yang lebih lengkap setelah memerdekakan diri menjadi Amerika Serikat.
·         ASTRONOMI MODERN
Pada abad ke-19, dengan ilmu spektroskopi dasar - yaitu ilmu yang mempelajari garis spektra (daerah yang mendapatkan lebih sedikit ketika menguraikan cahaya matahari) - para ilmuwan membuktikan bahwa unsur kimia di Matahari, terutama hidrogen dan helium, ditemukan juga di Bumi.
Pada abad ini pula, para ilmuwan menemukan bentuk-bentuk cahaya yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, sehingga dibentuklah ilmu astronomi inframerah, astronomi radio, astronomi sinar X, dan astronomi sinar gamma. Dengan ilmu spektroskopi, diketahui bahwa bintang-bintang lain serupa dengan Matahari, namun dengan berbagai massa, suhu, dan ukurang yang berbeda. Dengan diketahuinya eksitensi galaksi Bima Sakti dan beberapa galaksi lainnya, wawasan astronomi mulai terbuka luas atas kesadaran ilmuwan bahwa terdapat banyak galaksi yang belum semuanya diketahui manusia.
Seiring pergantian menuju abad ke-20, peran wanita dalam astronomi mulai terlihat. Hal tersebut merupakan perubahan dari masa sebelumnya ketika pria mendominasi karir astronom. Kaum wanita awalnya dipekerjakan sebagai "komputer" manusia, yaitu melakukan perhitungan sementara ilmuwan melaksanakan riset yang memerlukan ilmu tingkat tinggi. Namun, kaum wanita berhasil mempersembahkan penemuan-penemuan, seperti Annie Jump Cannon, yang menurut pernyataan Lewis D. Eigen, dalam 4 tahun berhasil menemukan dan membuat lebih banyak katalog bintang dari seluruh katalog bintang kaum pria. Sayangnya, kebanyakan dari penemu serta astronom wanita ini tidak mendapatkan cukup penghargaan yang patut mereka terima. Meskipun hasil temuan mereka digunakan oleh para pelajar, sedikit sekali yang mengetahui bahwa terdapat astronom wanita aktif sejak akhir abad ke-19.
Spektroskopi dipelajari lebih lanjut pada abad ke-20. Observasi tersebut perlu dimengerti, terlebih lagi karena diciptakannya fisika kuantum. Abad tersebut juga merupakan masa ketika kebanyakan pengetahuan yang sekarang digunakan dalam astronomi ditemukan. Dengan bantuan fotografi, benda-benda langit yang tadinya tak terlihat jelas dapat diobservasi. Pada abad ini, diketahui bahwa Matahari merupakan satu dari lebih dari 10 miliar bintang yang terdapat pada suatu galaksi. Eksistensi galaksi-galaksi lain ditetapkan oleh Edwin Hubble, yang memastikan bahwa Andromeda merupakan galaksi lain, dan masih banyak galaksi lain yang jauh dari galaksi kita.
Teleskop Hubble













BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Astronomi dapat ditemukan di Mesopotamia, yang terletak di antara Sungai Tigris dan Sungai Efrat. Mesopotamia merupakan tempat terletaknya Kerajaan Sumeria, Asyur, dan Babilonia. Sumber pengetahuan di wilayah ini pada zaman dahulu ditulis dengan aksara Kuneiform. Terdapat tablet-tablet yang berisi tulisan dengan aksara Kuneiform dari masa Babilonia Kuno yang mendokumentasikan pengaplikasian ilmu matematika untuk menggambarkan variasi panjang hari pada tahun solar. Hasil observasi Bangsa Babilonia terhadap fenomena benda langit terekam pada sekumpulan tablet Kuneiform yang disebut juga Enūma Anu Enlil.
Orientasi piramida-piramida Mesir yang tepat mampu mendemonstrasikan kemampuan teknis tingkat tinggi dalam pengamatan langit sejak milenium ke-3 SM. Kumpulan piramida tersebut terlentang pada satu garis lurus menghadap bintang kutub yang pada saat itu adalah Thuban, bintang pada rasi Draco. Yunani Kuno beranggapan bahwa astronomi merupakan sebuah cabang dari ilmu matematika. Perkembangan astronomi di Yunani dimulai pada abad ke-4 SM, dengan dikembangkannya model geometris tiga dimensi pertama oleh Eudoxus dari Cnidus dan Callippus dari Cyzikus. Model tersebut berguna untuk menjelaskan pergerakan planet-planet. Kemudian, astronom Yunani selanjutnya yang bernama Heraclides Ponticus menyatakan bahwa Bumi berotasi pada porosnya.
Astrologi di India Kuno didasari dengan perhitungan “sidereal”. Astronomi sidereal adalah astronomi berdasarkan bintang-bintang, dan periode sidereal adalah panjang waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi Matahari dalam satu putaran penuh . Hal ini dapat diketahui dengan menemukannya tokoh Vedanga Jyotisha dan dokumen Lagadha, yang menjelaskan aturan-aturan untuk mengikuti jejak pergerakkan Matahari dan Bulan untuk ritual. Perkembangan astronomi di Asia Timur di mulai di Cina. Istilah solar ditemukan pada sebuah zaman di penghujung Dinasti Zhou. Sejarah astronomi di negeri ini dimulai dari hasil observasi astronomis abad ke-6 SM , sampai penemuan astronomi Barat dan teleskop pada abad ke-17.
Mesoamerika dalam hal ini berkaitan dengan Suku Maya. Suku ini melasanakan kegiatan astronomis seperti menghitung fase bulan, pengulangan gerhana-gerhana, serta penampakkan dan masa tidak terlihatnya planet Venus sebagai bintang pagi dan sore. Banyak bangunan-bangunan Suku Maya yang dibuat berdasarkan penampakkan ekstrem dan letak planet Venus. Bagi Suku Maya Kuno, planet Venus merupakan penyebab perang dan banyak perang-perang yang dipercaya terjadi pada pergerakan planet ini.
Observasi astronomi pertama di Islam di mulai pada abad ke-9, ketika katalog bintang Zij dibuat. Pada akhir abad ke-9, astronom Persia bernama Ahmad ibn Muhammad ibn Kathīr al-Farghānī menulis penjelasan mengenai pergerakan benda-benda langit secara rinci. Karyanya telah terjemahkan dalam bahasa Latin pada abad ke -12. Pada abad yang sama, Ja'far ibn Muhammad Abu Ma'shar al-Balkhi (Albumasar) membuat model planet dengan teori heliosentris yang didasari bukti dari revolusi orbit.
Ilmu Astronomi yang terdapat di Eropa Barat pada zaman itu awalnya merupakan karya-karya klasik dalam bahasa Yunani. Sayangnya, mayoritas masyarat Eropa tidak mengerti bahasa tersebut sehingga yang dapat dipelajari hanyalah buku praktek dan rangkuman singkat. Tokoh-tokoh terkenal yang menerjemahkan buku-buku bahasa Yunani menjadi bahasa Latin adalah Makrobius, Pliny, Martianus Kapella, dan Kalkidius.
Perkembangan ilmu astronomi pada Masa Renaisans dimulai dengan pernyataan Nikolaus Kopernikus tentang Teori Heliosentris, yaitu bahwa Bumi mengelilingi Matahari dan bukan sebaliknya. Pada karyanya, "De revolutionibus" terdapat penjelasan matematis tentang teori tersebut secara rinci, dengan teknik geometris yang telah digunakan sebelum zaman Ptolemaeus. Teorinya dipertahankan dan kemudian dikembangkan oleh Galileo Galilei dan Johannes Kepler. Ilmu astronomi di wilayah Amerika mulai ditemukan ketika penjajahan Bangsa Inggris dimulai di sana. Astronomi awalnya berhasil dipelajari di lahan tersebut dengan dasar filosofi Aristoteles. Kemudian diketahui bahwa ketertarikan terhadap astronomi modern muncul di Almanak pada tahun 1659.
Pada abad ini pula, para ilmuwan menemukan bentuk-bentuk cahaya yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, sehingga dibentuklah ilmu astronomi inframerah, astronomi radio, astronomi sinar X, dan astronomi sinar gamma. Dengan ilmu spektroskopi, diketahui bahwa bintang-bintang lain serupa dengan Matahari, namun dengan berbagai massa, suhu, dan ukurang yang berbeda. Dengan diketahuinya eksitensi galaksi Bima Sakti dan beberapa galaksi lainnya, wawasan astronomi mulai terbuka luas atas kesadaran ilmuwan bahwa terdapat banyak galaksi yang belum semuanya diketahui manusia.
DAFTAR PUSTAKA
·         khairinnisaedogawa.blogspot.com/.../iad-perkembangan-dan-pengem...
·         ilmukuluas.blogspot.com/2009/03/sejarah-astronomi.html
·         labsky2012.blogspot.com/.../tugas-5-perkembangan-ilmu-astronomi....
·         ilmukuluas.blogspot.com/2009/03/sejarah-astronomi.html
·         nurmaatus.blogdetik.com/category/sejarah-panjang-ilmu-astronomi/