Kamis, 22 November 2012

Pendidikan karakter anak usia dini


Pendidikan karakter anak usia dini

Kawan, jika saya ditanya kapan sih waktu yang tepat untuk menentukan kesuksesan dan keberhasilan seseorang? Maka, jawabnya adalah saat masih usia dini. Benarkah? Baiklah akan saya bagikan sebuah fakta yang telah banyak diteliti oleh para peneliti dunia.
Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli Perkembangan dan Perilaku Anak dari Amerika bernama Brazelton menyebutkan bahwa pengalaman anak pada bulan dan tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah anak ini akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya.
Nah, oleh karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang. Kita sebagai orang tua kadang tidak sadar, sikap kita pada anak justru akan menjatuhkan si anak. Misalnya, dengan memukul, memberikan pressure yang pada akhirnya menjadikan anak bersikap negatif, rendah diri atau minder, penakut dan tidak berani mengambil resiko, yang pada akhirnya karakter-karakter tersebut akan dibawanya sampai ia dewasa. Ketika dewasa karakter semacam itu akan menjadi penghambat baginya dalam meraih dan mewujudkan keinginannya. Misalnya, tidak bisa menjadi seorang public speaker gara-gara ia minder atau malu. Tidak berani mengambil peluang tertentu karena ia tidak mau mengambil resiko dan takut gagal. Padahal, jika dia bersikap positif maka resiko bisa diubah sebagai tantangan untuk meraih keberhasilan. Anda setuju kan?
Banyak yang mengatakan keberhasilan kita ditentukan oleh seberapa jenius otak kita. Semakin kita jenius maka semakin sukses. Semakin kita meraih predikat juara kelas berturut-turut, maka semakin sukseslah kita. Benarkah demikian? Eit tunggu dulu!
Saya sendiri kurang setuju dengan anggapan tersebut. Fakta membuktikan, banyak orang sukses justru tidak mendapatkan prestasi gemilang di sekolahnya, mereka tidak mendapatkan juara kelas atau menduduki posisi teratas di sekolahnya. Mengapa demikian? Karena sebenarnya kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan otak kita saja. Namun kesuksesan ternyata lebih dominan ditentukan oleh kecakapan membangung hubungan emosional  kita dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Selain itu, yang tidak boleh ditinggalkan adalah hubungan spiritual kita dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Tahukah anda bahwa kecakapan membangun hubungan dengan tiga pilar (diri sendiri, sosial, dan Tuhan) tersebut merupakan karakter-karakter yang dimiliki orang-orang sukses. Dan, saya beritahukan pada anda bahwa karakter tidak sepenuhnya bawaan sejak lahir. Karakter semacam itu bisa dibentuk. Wow, Benarkah? Saya katakan Benar! Dan pada saat anak berusia dini-lah terbentuk karakter-karakter itu. Seperti yang kita bahas tadi, bahwa usia dini adalah masa perkembangan karakter fisik, mental dan spiritual anak mulai terbentuk. Pada usia dini inilah, karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari perilaku kita sebagai orang tua dan dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini perkembang mental berlangsung sangat cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat sensitif dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif dan sukses.


Analisis :
Pendidikan karakter pada anak usia dini , dewasa ini sangat di perlukan di karenakan saat ini Bangsa Indonesia sedang mengalami krisis karakter dalam diri anak bangsa. Karakter di sini adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang , bepikir, bersikap dan bertindak. Kebajikan tersebut berupa Sejumlah nilai moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, hormat pada orang lain, disiplin, mandiri, kerja keras, kreatif.
Berbagai permasalahan yang melanda bangsa be­la­kangan ini ditengarai karena jauhnya kita dari karakter. Jati diri bangsa seolah tercabut dari akar yang sesungguhnya. Se­hingga pendidikan karak­ter menjadi topik yang hangat di bicarakan belakangan ini. Menurut Prof Suyanto Ph.D karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mem­pertang­gungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
Pembentukan karakter meru­pakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.
Pendidikan karakter di nilai sangat penting untuk di mulai pada anak usia dini karena pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Nilai-nilai positif dan yang seharusnya dimiliki seseorang menurut ajaran budi pekerti yang luhur adalah amal saleh, amanah, antisipatif, baik sangka, bekerja keras, beradab, berani berbuat benar, berani memikul resiko, berdisiplin, berhati lapang, berhati lembut, beriman dan bertaqwa, berinisiatif, berkemauan keras, berkepribadian, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersifat konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdas, cermat, demokratis, dinamis, efisien, empati, gigih, hemat, ikhlas, jujur, kesatria, komitmen, kooperatif, kosmopolitan (mendunia), kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, manusiawi, mawas diri, mencintai ilmu, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai pendapat orang lain, menghargai waktu, patriotik, pemaaf, pemurah, pengabdian, berpengendalian diri, produktif, rajin, ramah, rasa indah, rasa kasih sayang,rasa keterikatan, rasa malu, rasa memiliki, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, siap mental, sikap adil, sikap hormat, sikap nalar, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, taat asas, takut bersalah, tangguh, tawakal, tegar, tegas, tekun, tepat janji, terbuka, ulet, dan sejenisnya.
Sejatinya pendidikan karakter ini memang sangat penting dimulai sejak dini. Sebab falsafah menanam sekarang menuai hari esok adalah sebuah proses yang harus dilakukan dalam rangka membentuk karakter anak bangsa. Pada usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) terbukti sangat menen­tukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50 persen variabilitas kecer­dasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia empat tahun. Peningkatan 30 persen berikutnya terjadi pada usia delapan tahun, dan 20 persen sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua.
Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertum­buhan karakter anak. Setelah keluar­ga, di dunia pendidikan karakter ini sudah harus menjadi ajaran wajib sejak sekolah dasar.
Anak-anak adalah generasi yang akan menentukan nasib bangsa di kemudian hari. Karakter anak-anak yang terbentuk sejak sekarang akan sangat menentukan karakter bangsa di kemudian hari. Karakter anak-anak akan terbentuk dengan baik, jika dalam proses tumbuh kembang mereka mendapatkan cukup ruang untuk mengekspresikan diri secara leluasa.


"Apakah pembelajaran komputer di usia dini sudah diperlukan saat sekarang"?


"Apakah pembelajaran komputer di usia dini sudah diperlukan saat sekarang"?
Banyak orang berpendapat bahwa computer sebaiknya belum diberikan pada usia dini, karena memaksa anak untuk menjangkau tahap berpikir operasional konkrit sembentara mereka baru pada tahap simbolik. Akan tetapi penlitian-penelitian menunjukkan sebaliknya. Mereka lebih kompeten dalam berpikir secara konkrit dan menggunakan simbolisme dari pada sebelumnya.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa bagi anak usia 3 dan 4 tahun, computer memiliki manfaat dalam mempertinggi kreativitas, intelegensia, keterampilan nonverbal, pengetahuan structural, ingatan jangka panjang, kecekatan tangan, keterampilan verbal, penyelesaian masalah abstraksi, keterampilan konseptual dan harga diri. Sedangkan untuk anak taman kanan-kanan dan SD awal adalah meningkatkan keterampilan motorik, mempertinggi berpikir matematis, meningkatkan kreatibvitas, skor tes yang tinggi pada berpikir kritis dan penyelesaian masalah, effectance motivation –keyakinan bahwa mereka dapat merubah atau mempengaruhi lingkungan mereka, serta meningkatkan skor penilaian bahasa (Haugland, 2000).
Hal tersebut dapat diperoleh jika anak-anak menggunakan software yang tepat untuk pendidikan. Misalnya, loga yaitu suatu bahasa kompiuter yang dirancang secara spesifik sebagai suatu lingkungan pembelajaran. Anak-anak menulis program-program yang membuat gambar melalui perintah perpindahan “turtle” suatu pointer kecil pada layer. Tipe kegiatan produktif ini meningkatkan kreativitas.
Komputer memiliki dampak bagi anak ketika computer memberikan pengalaman konkret, anak-anak bebas menggunakan dan mengontrol pengalaman belajar tersebut, anak dan guru belajar bersama, guru mendorong pengajaran teman sebaya dan guru menggunakan computer untuk mengajarkan gagasan-gagasan yang sangat kuat.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa computer memiliki manfaat bagi pengembangan potensi anak usia dini. Tidak ada salahnya jika computer menjadi salah satu alternative –tanpa mengesampingkan bahan-bahan tradisional lainnya—dalam pendidikan anak usia dini. Karena usia dini merupakan usia kritis untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak sehingga perlu difasilitasi agar memperoleh hasil yang optimal.

Analisis :

Sulit rasanya membayangkan kehidupan masa kini tanpa komputer. Tak heran kalau orang tua merasa perlu memperkenalkan anak pada komputer sejak dini agar anak tak tertinggal pesatnya perkembangan teknologi informasi. Orang tua menyadari, tantangan masa depan pasti akan lebih dinamis dan kompetitif. 
Di Singapura, misalnya, sebagian orang tua dikabarkan mengalami sindrom “kiasu”, yaitu ketakutan berlebihan anak mereka akan tertinggal dari teman-temannya bila tidak diperkenalkan pada komputer sejak dini. Para orang tua ini berambisi agar anaknya menjadi jagoan komputer. 
Akhirnya, belajar komputer bagi anak menjadi suatu kewajiban. Tentu saja ini kurang tepat, karena belajar komputer seharusnya dilakukan tanpa paksaan agar menjadi pengalaman menyenangkan bagi anak. Namun yang jelas, bisa mengoperasikan komputer telah menjadi realitas penting yang tak bisa dibantah.
Kalau begitu, seberapa dini sebenarnya anak bisa mulai mengenal komputer? Menurut Catherine dan Glenn de Padua, penulis Teaching Children Computer Literacy, banyak peneliti menyarankan usia 3 - 4 tahun sebagai usia terbaik untuk memulai pelajaran komputer pada anak. Di usia ini, anak sudah menguasai keterampilan hidup dasar, seperti berjalan dan berbicara. Karena itulah ia sudah siap mengeksplorasi komputer dan melakukan aktivitas coba-coba secara langsung. 
Jangan heran kalau setelah beberapa kali pelajaran saja, ia sudah mampu mengoperasikan aneka program sendiri!
Lalu, apa saja keuntungan belajar komputer sejak dini bagi anak? Ini diantaranya:

- Meningkatkan keterampilan belajar. Penelitian menunjukkan, anak yang menggunakan komputer memiliki performa akademis lebih baik.
- Menstimulasi kreativitas dan imajinasi. Pemrograman komputer, walau sederhana akan terasa menantang bagi anak. Anak belajar mengidentifikasi masalah, menganalisa pilihan, dan memilih solusi terbaik. Batasan anak dalam membuat program hanyalah imajinasinya sendiri.
- Meningkatkan perkembangan kepribadian. Program komputer memungkinkan anak melakukan kesalahan, memperbaiki, dan mencoba lagi tanpa takut dimarahi. Anak jadi terbiasa berani mengambil risiko, memiliki sifat yang lebih independen, dan lebih percaya diri.  
Selain manfaat positif, tentu saja ada risiko dampak negatif komputer pada anak. Bisa jadi ia lebih senang duduk di depan komputer seharian daripada melakukan hal-hal lain. Di sinilah peran Anda untuk menyeimbangkannya dengan kegiatan lain. Jadi, anak tetap terasah kemampuannya di bidang lain, seperti keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi.  

Minggu, 18 November 2012

Makalah filsafat pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran - aliran filsafat tertentu, dan salah satunya yaitu “Filsafat Progresivisme”.
Filsafat Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Pada Filsafat Progresivisme aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa yang mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence
B.Thomas, Frederick C. Neff.






B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan maklah ini, penyusun dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.Sejarah lahirnya aliran filsafat progresivisme
2.Pengertian aliran progresivisme
3.Aliran progresivisme tenteng pendidikan
4.Pandangan filosofis Filsafat Progresivisme,
5. Pandangan ontologi progresivisme
6.Pandangan epistimologi progresivisme
7.Pandangan axilogi progresivisme
8.Azas belajar progresivisme
9.potret guru progresivisme

C. TUJUAN

Ada dua jenis tujuan penyusunan makalah ini, yaitu tujuan umum yang merupakan tujuan pembahasan dari rumusan masalah, dan tujuan khusus yang merupakan tujuan penyusunan makalh yang bersifat pribadi bagi penyusun.

a. Tujuan Umum
·         Untuk mengetahui konsep tentang Filsafat Progresivisme, yang meliputi tentang :
1.Realitas (Ontologi)
2.Kebenaran
3. Nilai – nilai
4. Progresivisme dan Pendidikan
5.Ontologi
6.Epistimologi
7.Axilogi
8.Menjelaskan potret Guru Progresif

b. Tujuan Khusus
·         Un tuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan pada semester satu
·         Untuk sarana latihan penyusunan dalam membuat karya ilmiah dalam bentuk makalah


















BAB II
PEMBAHASAN
A.Sejarah Lahirnya Aliran Progresivisme
Meskipun Progresivisme dianggap sebagai aliran pikiran yang baru muncul dengan jelas pada pertengahan abad ke-19, akan tetapi garis perkembangannya dapat ditarik jauh kebelakang sampai pada zaman Yunani purba. Misalnya Hiraclitus (544 – 484 SM), Socrates (469 – 399 SM), Protagoras (480 – 410 SM), dan Aristoteles. Mereka pernah mengemukakan pendapat yang dapat dianggap sebagai unsur-unsur yang ikut menyebabkan sikap jiwa yang disebut pragmatisme-Progresivisme.
Heraclitus mengemukakan bahwa sifat yang utama dari realita ialah perubahan. Tidak ada sesuatu yang tetap didunia ini, semuanya berubah-ubah, kecuali asa perubahan itu sendiri. Socrates berusaha mempersatukan epsitemologi dan aksiologi. Ia mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kunci untuk kebajikan. Yang baik dapat dipelajari dengan kekuatan intelek, dan pengetahuan yang baik menjadi pedoman bagi manusia untuk melakukan kebajikan. Ia percaya bahwa manusia sanggup melakukan baik. Protagoras mengajarkan bahwa kebenaran dan norma atau nilai tidak bersifat mutlak, melainkan relatif, yaitu bergantung pada waktu dan tempat.
Sedangkan Aristoteles menyarankan moderasi dan kompromi (jalan tengah bukan jalan ekstrim) dalam kehidupan. Kemudian sejak abad ke-16, Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan Hegel dapat disebut sebagai penyumbang pikiran-pikiran munculnya aliran Progresivisme. Francis Bacon memberikna sumbangan dengaan usahanya memperbaiki dan memperhalus metode ilmiah dalam pengetahuan alam. Locke dengan ajarannya tentang kebebasan politik. Rousseau dengan keyakinannya bahwa kebaikan berada didalam manusia karena kodrat yang baik dari para manusia.
Kant memuliakan manusia, menjunjung tinggi akan kepribadian manusia, memberi martabat manusia suatu kedudukan yang tinggi. Hegel mengajarkan bahwa alam dan masyarakat bersifat dinamis, selamanya berada dalam keadaan bergerak, dalam proses perubahan dan penyesuaian yang tak ada hentinya.
Dalam abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-tokoh Progresivisme banyak terdapat di Amerika Serikat. Thomas Paine dan Thomas Jefferson memberikan sumbangan pada Progresivisme karena kepercayaan mereka pada demokrasi dan penolakan terhadap sikap
yang dogmatis, terutama dalam agama. Charles S. Peirce mengemukakan teori tentang pikiran dan hal berfikir “pikiran itu hanya berguna bagi manusia apabila pikiran itu bekerja yaitu memberikan pengalaman (hasil) baginya”.
Fungsi berfikir adalah membiasakan manusia untuk berbuat . perasaan dan gerak jasmaniah adalah manifestasi dari aktifitas manusia dan keduanya itu tidak dapat dipisahkan dari kegiatan berfikir.
Adapun tokoh-tokoh aliran progresivisme ini, antara lain, adalah William James, John Dewey, Hans Vaihinger, Ferdinant Schiller, dan Georges Santayana.Aliran progesivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat ini. Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter.
John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi. Maksudnya sebagai proses pertumbuhan anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup di sekolah saja.
Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progesivisme dalam sebuah realita kehidupan, agar manusia bisa survive menghadapi semua tantangan hidup. Dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadiaan manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran ini menyadari dan mempraktikkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Dan dinamakan environmentalisme, Karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu memengaruhi pembinaan kepribadiaan .
Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah bagian dari masyarakat. Dan untuk itu, sekolah harus dapat mengupyakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah, fisafat progesivisme menghendaki sis pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuat” atau learning by doing.
Dengan kata lain akal dan kecerdasan anak didik harus dikembangkan dengan baik. Perlu diketahui pula bahwa sekolah tidak hanya berfungsi sebagai pemindahan pengetahuan (transfer of knowledge), melainkan juga berfungsi sebagai pemindahan nilai-nilai (transfer of value), sehingga anak menjadi terampildan berintelektual baik secara fisik maupun psikis. Untuk itulah sekat antara sekolah dengan masyarakat harus dihilangkan.
 Sebagai hasil dari pemikiran para filosuf, filsafat telah melahirkan berbagai macam pandangan dan aliran yang berbeda-beda. Pandangan-pandangan filosuf itu ada kalanya saling menguatkan dan ada juga yang saling berlawanan. Hal ini antara lain disebabkan oleh pendekatan yang mereka pakai juga berbeda-beda walaupun untuk objek dan masalah yang sama. Karena perbedaan dalam pendekatan itu, maka kesimpulan yang didapat juga akan berbeda. Perbedaan pandangan filsafat tersebut juga terjadi dalam pemikiran filsafat pendidikan, sehingga muncul aliran-aliran filsafat pendidikan.
Malakah ringkas ini akan membahas salah satu dari aliran dalam filsafat pendidikan, yaitu aliran progresivisme. Pembahasan dalam makalah ini adalah mengenai pengertian aliran Progresivisme, sejarah perkembangan aliran progresivisme, dan pemikiran-pemikiran aliran progresivisme dalam pendidikan.
B.Pengertian Progresivisme
Menurut Redja Mudyaharjo, Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada anak (child centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).
Aliran progresivisme merupakan suatu aliran filsafat pendidikan yang sangat berpengaruh dalam abad ke-20 ini. Pengaruh itu terasa di seluruh dunia, terlebih-lebih di Amerika Serikat. Usaha pembaharuan didalam lapangan pendidikan pada umumnya terdorong oleh aliran progresivisme ini.
Biasanya aliran progresivisme ini di hubungkan dengan pandangan hidup liberal “the liberal road to culture”.
C.Aliran Progresivisme Tentang Pendidikan
Dasar filosofis dari aliran progresivisme adalah Realisme Spiritualistik dan Humanisme Baru. Realisme spiritualistik berkeyakinan bahwa gerakan pendidikan progresif bersumber dari prinsip-prinsip spiritualistik dan kreatif dari Froebel dan Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak. Sedangkan Humanisme Baru menekankan pada penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai individu. Dengan demikian orientasinya individualistik.

1. Tujuan Pendidikan
 Tujuan keseluruhan pendidikan adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak. Agar dapat bekerja siswa diharapkan memiliki keterampilan, alat dan pengalaman sosial, dan memiliki pengalaman problem solving.
2. Kurikulum Pendidikan
Kalangan progresif menempatkan subjek didik pada titik sumbu sekolah (child-centered). Mereka lalu berupaya mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan, kepentingan, dan inisiatif subjek didik. Jadi, ketertarikan anak adalah titik tolak bagi pengalaman belajar. Imam Barnadib menyatakan bahwa kurikulum progresivisme adalah kurikulum yang tidak beku dan dapat direvisi, sehingga yang cocok adalah kurikulum yang “berpusat pada pengalaman”.
Sains sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam pengalaman-pengalaman siswa, dalam pemecahan masalah serta dalam kegiatan proyek. Disini guru menggunakan ketertarikan alamiah anak untuk membantunya belajar berbagai keterampilan yang akan mendukung anak menemukan kebutuhan dan keinginan terbarunya.
Akhirnya, ini akan membantu anak (subjek didik) mengembangkan keterampilan-keterampilan pemecahan masalah dan membangun ‘gudang’ kognitif informasi yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan sosial .
3. Metode Pendidikan
Metode pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran progresivisme diantaranya adalah;  
·         Metode Pendidikan Aktif, Pendidikan progresif lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya;
·         Metode Memonitor Kegiatan Belajar, Mengikuti proses kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar berlangsung kegiatan belajar tersebut;
·         Metode Penelitian Ilmiah, Pendidikan progresif merintis digunakannya metode penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep;
·         Pemerintahan Pelajar, Pendidikan progresif memperkenalkan pemerintahan pelejar dalam kehidupan sekolah dalam rangka demokratisasi dalam kehidupan sekolah;
·         Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga, Pendidikan Progresif mengupayakan adanya kerjasama antara sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak untuk mengekspresikan secara alamiah semua minat dan kegiatan yang diperlukan anak;
·         Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan Pendidikan, Sekolah tidak hanya tempat untuk belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratoriun dan pengembangan gagasan baru pendidikan.
4. Pelajar
Kaum progresif menganggap subjek-subjek didik adalah aktif, bukan pasif, sekolah adalah dunia kecil (miniatur) masyarakat besar, aktifitas ruang kelas difokuskan pada praktik pemecahan masalah, serta atmosfer sekolah diarahkan pada situasi yang kooperatif dan demokratis. Mereka menganut prinsip pendidikan perpusat pada anak (child-centered). Mereka menganggap bahwa anak itu unik. Anak adalah anak yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak mempunyai alur pemikiran sendiri, mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan kecemasan sendiri yang berbeda dengan orang dewasa.
5. Pengajar
Guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai;
·          Fasilitator, orang yang menyediakan diri untuk memberikna jalan kelancaran proses belajar sendiri siswa;
·         Motivator, orang yang mampu membangkitkan minat siswa untuk terus giat belajar sendiri;
·         Konselor, orang yang membantu siswa menemukan dan mengatasi sendiri masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap siswa.
Dengan demikian guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa,dan teknik-teknik memimpin perkembangan siswa,serta kecintaan pada anak agar dapat menjalankan peranannya .
D. Pandangan Filosofis Progresivisme
1.Realitas (Ontologi)
Aliran Progresivisme, merupakan aliran yang telah berusaha untuk mengembangkan asas progresivisme dalam semua realita, terutama dalam kehidupan, yaitu tetap survive terhadap semua tantangan hidup manusia yang harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi keagunganya.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang bersifat umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal. Tidak pernah sampai pada yang paling ekstrim, serta pluralistis.
2.Kebenaran
Progresivisme bertolak dari pandangan kemanusiaan, bahwa manusia dasarnya adalah baik, memiliki kasih sayang serta kepedulian terhadap sesama sebagai modal penting bagi membangun kehidupan dalam masyarakat. Paradigma hukum progresif melihat faktor utama dalam hukum adalah manusua itu sendiri.
Kehidupan terbaik bagi individu adalah kehidupan yang intelegen, bebas dan memiliki control terhadap pengalamannya. Sedangkan yang terbaik bagi masyarakat adalah kehidupan demokratis, dan tidak ada stratifikasi social, kesamaan kesempatan merupakan jaminan bagi setiap orang untuk mengambil bagian dalam setiap kegiatan sosial .

3.Nilai – nilai
Progresivisme dinamakan instumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup untuk kesejahteraan , untuk mengembangkan kepribadian manusia. dinamakan eksperimentalisme, karena aliran tersebut menyadari dan mempraktekan suatu teori. progresivisme dinamakan environmentalisme karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu mempengaruhi pembinaan kepribadian. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara nilai dengan individu yang telah disimpan dalam kebudayaan.

4. Progresivisme dan Pendidikan
Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi.
Progresivisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberikan penekanan yang lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar naturalistik, hasil belajar dunia nyata, dan lebih dari itu “berbagi pengalaman di antara teman sebaya”. Progresivisme berlawanan dengan filosofi “efisiensi pabrik”, suatu model yang menumbuhkan pengajaran semu (artificial instruction) dan belajar yang dikendalikan buku
teks dan tes tertulis . Dalam merumuskan tujuan progresivisme dalam pendidikan terdapat tiga criteria, yaitu:
1). Tujuan pendidikan harus bersumber kepada situasi kehidupan yang berlangsung.
2). Tujuan pendidikan harus fleksibel.
3). Tujuan pendidikan harus mencerminkan aktivitas bebas.
Perlu dicatat pula bahwa dalam paham ini tujuan bersifat temporal, yang berarti jika suatu tujuan sudah tercapai maka hasilnya dijadikan alat untuk mencapai tujuan berikutnya.Menurut aliran ini, tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kehidupan yag baik bagi individu dan masyarakat
Progresivisme menghasilkan sekolah dan masyarakat bagi humanisasi, Bercorak student-centered. Pendidik adalah motivator dalam iklim demoktratis dan menyenangkan yang bergerak sebagai eksperimentasi alamiah dan promosi perubahan yang berguna untuk pribadi atau masyarakat.
E. Pandangan Ontology Progresivisme
Ontology progresivisme mengandung pengertian dan kualitas evolusionistis yang kuat, Pengalaman diartikan sebagai ciri dinamika hidup, dan hidup adalah perjuangan tindakan dan perbuatan.  Sifat-sifat pengalaman :
  1. Pengalaman itu dinamis adalah dalam kehidupan terjadi perubahan yang terjadi terus menerus,
  2. Pengalaman itu temporal adalah terjadi perubahan dan perbedaan pengalaman dari waktu kewaktu,
  3. Pengalaman itu spatial adalah terjadi disuatu tempat dalam lingkungan manusia,
  4. Pengalaman itu pluralistis yaitu pengalaman itu terjadi seluas adanya interaksi sedalam individu terlibat.
F. Pandangan epistimologi progresivisme
Ada tiga hal yang dibicarakan dalam Epistimologi Filsafat yaitu : objek filsafat (yang dipikirkan), cara memperoleh pengetahuan filsafat dan ukuran kebenaran (pengetahuan ) filsafat


Objek Filsafat
Tujuan berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya, yang terdalam. Susunan hasil pemikiran disebut Sistematika Filsafat atau Struktur Filsafat yang terdiri atas ontologi, epistimologi, dan aksiologi.  Isi setiap cabang filsafat ditentukan oleh objek apa yang diteliti (dipikirkan). Jika memikirkan pendidikan, jadilah filsafat pendidikan, dan seterusnya. Objek penelitian filsafat lebih luas dari objek penelitian sain sebab filsafat meneliti objek yang Ada dan mungkin ada.
Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat
Berfilsafat ialah berfirkir, dan berfikir itu menggunakan akal. Dari sini timbul  masalah apa itu   “ akal “ .  Akal ini diperdebatkan oleh ahli akal (Locke,Voltaire, Will Durant,David Hume,dan sebagainya dan orang –orang yang secara intesif mengunakan akalnya.Untuk itu mereka menerima bahwa “bahwa akal itu ada”, dan ia bekerja berdasarkan suatu cara yang tidak begitu kita kenal. Aturan kerjanyadisebut “ logika “. Sejauh akal itu bekerja menurut aturan logika, agaknya kita dapat menerima kebenarannya. Kerja akal yaitu berfikir mendalam, menghasilkan filsafat.
Ukuran Kebenaran Pengetahuan Filsafat
Pengetahuan filsafat merupakan  pengetahuan yang logis. Ukuran kebenaran filsafat ialah logis tidaknya pengetahuan itu. Bila logis benar, bila tidak logis, salah. Ukuran logis tidaknya terlihat pada argumen yang menghasilkan kesimpulan (teori). Argumen  menjadi kesatuan dengan konklusi, dan konklusi ini disebut teori filsafat. Bobot teori filsa fat terletak pada kekuatan argumen, maka diterima pendapat yang mengatakan bahwa filsafat itu argumen. Kebenaran konklusi ditentukan 100% oleh argumen.
G. Pandangan exiologi progresivisme
Approach empiris adalah masalah dan pengalaman yang real dalam kehidupan manusia, approach artristik adalah suatu nilai yang memperkaya eksperimen manusia. Nilai atristik member isi dan kedalaman bagi pengalaman seseorang, yang termasuk nilai artristik adalah nilai estetika ilmu pengetahuan dan seni.
H.Azas belajar  menurut progresivisme
 Anak dan lingkungan, anak adalah organism yang mempunyai suatu proses pengalaman, sebab ia merupakan bahagian dan lingkungan yang selalu mengalami proses perubahan dan perkembangan.
I. Potret guru progresif
Fungsi pokok sebagai seorang guru Progresif adalah mempersiapkan para siswanya untuk masa depan yang tidak dikenal. Seorang guru progresif,merasa bahwa belajar memecahkan permasalahan pada usia dini adalah sebuah persiapan yang terbaik untuk masa depan.Peran guru dalam suatu kelas yang berorientasi secara progresif adalah berfungsi sebagai seorang pembimbing atau orang yang menjadi sumber, yang pada intinya memiliki jawab untuk memfasilitasi pembelajaran siswa. Guru Progresif berusaha untuk memberi siswa pengalaman-pengalaman yang meniru kehidupan sehari-hari sebanyak mungkin.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari paparan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa; Pertama, Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada anak (child centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered). Progresivisme menghendaki pendidikan yang pada hakikatnya progresif. Tujuan pendidikan hendaknya diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus, agar peserta didik dapat berbuat sesuatu yang inteligen .
 Kedua, Meskipun Progresivisme dianggap sebagai aliran pikiran yang baru muncul dengan jelas pada pertengahan abad ke-19, akan tetapi garis perkembangannya dapat ditarik jauh kebelakang sampai pada zaman Yunani purba yaitu melalui pemikiran-pemikiran Hiraclitus, Socrates, Protagoras, dan Aristoteles. Kemudian sejak abad ke-16, Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan Hegel dapat disebut sebagai penyumbang pikiran-pikiran munculnya aliran Progresivisme. Sedangkan pada abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-tokoh Progresivisme banyak terdapat di Amerika Serikat diantaranya adalah Thomas Paine,
Thomas Jefferson, Charles S. Peirce.Ketiga, Progresivisme berpandangan bahwa tujuan keseluruhan pendidikan adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Mereka berupaya mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan, kepentingan, dan inisiatif subjek didik. Metode pendidikan yang biasa mereka pergunakan diantaranya adalah; Metode Pendidikan Aktif, Metode Memonitor Kegiatan Belajar, Metode Penelitian Ilmiah, Pemerintahan Pelajar, Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga, Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan. Mereka menganut prinsip pendidikan perpusat pada anak (child-centered). Guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai Motivator, Fasilitator, dan Konselor.
Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara nilai dengan individu yang telah disimpan dalam kebudayaan. Menurut aliran ini, tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kehidupan yang baik bagi individu dan masyarakatProgresivisme menekankan pada perubahan dan sesuatu yang baru. Progresivisme berpendapat bahwa tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal, tidak pernah sampai pada yang paling extrim serta pluralistis. Menurutnya nilai berkembang terus karena adanya pengalaman -pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan.
Progressivisme dinamakan environmentalisme karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu mempengaruhi pembinaan kepribadian.Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, yang berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
B. SARAN
Dari kesimpulan tersebut di atas, maka penyusun dapat memberikan beberapa saran-saran sebagai berikut:
1.Dalam kehidupan kita sehari-hari lingkungan dimana tempat kita hidup sangat mempengaruhi kepribadian kita, maka hendaknya kita dapat menjaganya, agar pribadi yang kita miliki sesuai dengan hukum moral yang berlaku.
2. Setiap pengalaman yang telah kita peroleh, hendaknya kita dapat memilih pengalaman yang berguna dalam proses pengembangan individu.
3. Kebutuhan dan minat siswa akan menentukan apa yang mereka pelajari. Jadi anak harus diizinkan untuk merencenakn perkembangan diri mereka sendiri, dan guru harus membimbing kegiatan belajar
Daftar Pustaka
Arifin, Muzayin. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Barnadib, Imam. Filsafat Pendidikan; Sistem dan Metode, Yogyakarta: Andi Offset, 1997
Mudyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan; Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004
Sadulloh, Uyoh. Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2003
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994 Cet. 4